LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN



LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
SISTEM SARAF. UJI URINE. SISTEM CARDIOVASCULAR. UJI DARAH. DEMONSTRASI OTOT
Laporan ini di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas praktikum Fisiologi Hewan oleh Dosen Pembimbing: Ibu Siti Nurkamillah, M.Pd
Disusun Oleh:
Nina Novianti                         (15541002)
Ajeng Nurpadilah                   (15541007)
Rida Mardiani                         (15542008)
Iis Siti Maspupah                    (15542016)
Yogi Muh. Darda                    (15542018)
Imelda Febriyanti                    (15542033)
Eliyanti                                    ((14542029)





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
INSTITUT PENDIDIKAN INDONESIA (IPI)
GARUT
2018


I.                   SISTEM SARAF
A.    Tujuan
Mempelajari refleksi normal dan spinal pada katak
B.     Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam percobaan:
1.      Akuarium
2.      Bak bedah
3.      Statif
4.      Rantai penggantung
5.      Sonde / pengaduk gelas
6.      Gunting bedah
7.      Beker glass
8.      Pipet tetes
9.      Pembakar spirtus
10.  Kapas
Bahan yang digunakan:
1.      Katak
2.      Larutan HNO3 pekat
3.      Larutan H2SO4 1%
4.      Larutan H2SO4 3%
5.      Larutan H2SO4 5%
6.      Larutan fisiologis (NaCl 0,6%)

C.    Langkah Kerja
1.      Katak Normal
a.       Peganglah katak yang masih hidup dengn tangan kiri dan genggamlah kedua kaki belakangnya, kemudian dekatkan gelas pengaduk atau sonde pada daerah mata. Amati refleks yang terjadi
b.      Sentuh nres eksterna pada katak tersebut dan perhatikan gerakan nares eksterna tersebut dan perhatikan gerakan nares eksterna tersebut.
c.       Usaplah bagian tenggorokan sampai bagian perut dan perhatikan gerakan anggota badan anterior
d.      Goreslah/ sentuhlah bagian lateral atau dorsal tubuh katak, perhatikan apakah katak tersebut berbunyi
e.       Peganglah kedua kaki depannya dan biarkan kedua kaki belakang bebs, kemudian goreskan gelas pengaduk yang telah di celupkan kedalam  HNO3 encer pada punggungnya. Amati apa yang terjadi?
f.       Lakukanlah asumsi rangsang kimia seperti pada katak yang telah mengalami dekapitasi
2.       Mendekapitasi atak
a.       Masukkan gunting bedah kedalam mulut katak dan angkat kepalanya
b.      Guntinglah dibawah membrane timpani
c.       Tutuplah ujung potongan tersebut dengan kapas dan gantunglah katak tersebut pada statif dengan mengait rahang bawahnya.
d.      Tetesi dengan larutan fisiologis agar kesadarannya pulih kembali
e.       Biarkan sampai katak siuman
3.      Katak yang telah didekapitasi
a.       Masukkan katak tersebut ke dalam akuarium, perhatikan gerakannya
b.      Telentangkan katak pada bak bedah, perhatikan apakah katak berusaha untuk membalikkan badannya atau tidak
c.       Letakkan katak tadi pada bidang miring mengarah ke bawah bidang tersebut, perhatikanlah gerakannya
d.      Gantunglah katak tersebut pada bagian rahang bawahnya
e.       Lakukanlah sumasi dengan rangsang zat kimia H2SO4 1%, 3%, 5%. Celupkan ujung kaki katak pada larutan terlemah, kemudian terktinggi ulangi beberapa kali sampai terjadi respon
f.       Sentuhlah jari kaki belakang dan jari kaki depan dengan benda panas, perhatikan reaksinya
g.      Sentuh pula bagian ventral / perutnya dengan benda panas, perhatikan reaksinya

D.    Landasan Teori
Jaringan Saraf merupakan jaringan yang tersusun atas sel – sel neuron (saraf) yang terbentuk dari lapisan ektoderm saat perkembangan embrio hewan. Jaringan Saraf berfungsi menerima, mengolah, dan merespon rangsang yang datang baik dari dalam tubuh maupun dari lingkungan dimana hewan berada. Hewan tingkat tinggi memiliki sistem saraf yang lebih kompleks di banding dengan hewan tingkat rendah. Manusia memiliki sistem saraf yang paling sempurna dibanding kelompok hewan lainnya.
Jaringan saraf merupakan salah satu penyusun sistem koordinasi tubuh yakni sistem yang mengatur sistem kerja semua alat – alat tubuh berdasarkan stimulus (rangsang) yang datang. Sistem koordinasi melibatkan sistem saraf, hormom, dan indera. Ketiga sistem tersebut memiiki fungsi dan karakter yang beragam. Jaringan saraf yang menyusun sistem saraf memiliki karakter “fast respon” dibanding sistem hormon. Saraf memiliki fungsi yang amat penting yaitu:
1. Menerima rangsang: Rangsang dapat berasal dari luar atau dari dalam tubuh. Contoh rangsang yang datang dari luar ialah cahaya, suhu, sentuhan, dan lainnya. Sementara rangsang yang berasal dari dalam tubuh yaitu rasa lapar, mengantuk, dan lainnya. Semua perubahan tersebut akan diterima oleh saraf dan akan diteruskan ke bagian pusat saraf untuk ditanggapi. Kelompok sel saraf yang menerima rangsang dan meneruskanya ke pusat saraf disebut saraf sensorik.
2. Mengolah rangsang: Bagian ini merupakan fungsi dari kelompok sel saraf yang menyusun pusat saraf (otak dan sumsum tulang belakang) disebut sebagai saraf konektor / interneuron. Berfungsi menerima rangsang dari saraf sensorik dan mengolah atau menentukan jawaban dari rangsang yang masuk tersebut.
3. Memberikan tanggapan: Setiap rangsang yang datang akan diterima oleh saraf, kemudian saraf tersebut akan diolah untuk ditentukan tanggapan yang tepat akan rangsang yang masuk. Tanggapan yang diberikan akan beragam, ditentukan pada jenis rangsang yang datang dan bervariasi pada tiap hewan. Tanggapan yang merupakan hasil pengolahan rangsang yang masuk akan diteruskan / disampaikan oleh sel saraf motorik (efektor: otot dan kelenjar).
Tiap bagian susunan saraf pusat mempunyai fungsi tertentu. Dengan sifat rangsang (fasilitasi)atau menghambat (inhibisi) bagian-bagian tertentu dari otak dan selanjutnya mengamati reaksi-reaksi yang timbul, dapat diambil kesimpulan yang tepat mengenai fungsi bagian-bagian tersebut. Apabila suatu bagian tubuh dirangsang, maka bukan bagian itu saja yang bereaksi terhadap rangsang tersebut, tetapi dapat juga bagian-bagian tubuh yang lain. Hal ini terjadi karena bila suatu reseptor dirangsang cukup kuat, maka rangsangan tersebut diteruskan melalui saraf aferen berpusat. Dipusat, rangsangan tersebut diteruskan melalui beberapa saraf asesoris menuju ke beberapa saraf eferen dan lebih dari satu efektor. Jadi apabila saraf eferen terangsang, efektor-efektor tersebut akan serempak bereaksi.
Unit dasar aktivitas integratif saraf adalah busur reflek. Busur ini terdiri dari organ sensorik, reseptor neuron aferen, atau sinap atau lebih pada integrasi sentral, neuron aferen dan efektor. Pada Mammalia dan Manusia, hubungan neuron aferen dan eferen saraf somatik adalah dalam otak atau medula spinalis.
Neuron aferen masuk melalui radiks dorsal atau saraf-saraf kranial dan badan selnya terletak pada ganglion radiks dorsal atau ganglion yang sejenis dari saraf kranial. Serabut eferen meninggalkan rangsang melalui radiks ventral atau saraf motorik kranial yang sejenis. Didapatkan dua macam refleks yaitu:
a.       Refleks monosinaps: dimana hanya terdapat satu sinaps antara serabut aferen dan eferen (contoh: refleks pada bagian patella atau refleks achilles).
b.      Refleks polisinaps yang mempunyai busur refleks dengan lebih dari satu interneuron diantara neuron aferen dan eferen (contoh: refleks pada kornea mata).
Aktifitas refleks baik yang monosinaps dan polisinaps adalah stereotipe dan spesifik menurut perangsangan dan responnya, dimana rangsangan tertentu akan menimbulkan jawaban tertentu pula. Seekor katak yang telah dihilangkan otaknya disebut katak yang hanya memiliki spinal (spinal frog) atau katak didekapitasi.
E.     Hasil Pengamatan
1.      Katak Normal

Jenis Rangsang
Tanggapan yang Diberikan Katak
Peganglah katak yang masih hidup dengan tangan kiri dan peganglah kedua kaki belakangnya, kemudian dekatkan gelas pengaduk atau sonde pada daerah mata. Amati refleks yang terjadi.
Mata menutup / berkedip secara langsung. Selaput / kelopak mata langsung tertutup, melekuk ke bagian dalam.
Sentuh nares eksterna pada katak tersebut dan perhatikan gerakan nares eksterna tersebut.
Nares langsung tertutup ketika disentuh, gerakan seperti berkedipnya mata.
Usaplah bagian tenggorokan sampai bagian perut dan perhatikan gerakan anggota badan anterior.
Tubuh tidak menunjukkan reaksi apa apa, hanya saja kulit pada bagian tenggorokan agak mengkerut dan kembali lagi seperti semula.
Goreslah / sentuhlah bagian lateral atau dorsal tubuh katak, apakah katak tersebut berbunyi.
Katak tidak berbunyi, ini artinya katak yang kami gunakan untuk pengamatan merupakan katak betina.
Peganglah kedua kaki depannya dan biarkan kedua kaki belakang bebas, kemudian goreskan gelas pengaduk yang telah dicelupkan ke dalam HN03 encer pada punggungnya. Amati apa yang terjadi?
Katak bergerak aktif (berontak). Kaki belakang meronta berusaha untuk melompat. Kulit pada bagian punggung yang di gores HNO3 menjadi warna keputihan dan kulit punggungnya menjadi panas.
Lakukanlah sumasi rangsang kimia seperti pada katak yang telah mengalami dekapitasi.
·         Sumasi larutan H2SO4 1% katak tidak bereaksi.
·         Sumasi larutan H2SO4 3% kaki katak bereaksi langsung  (bergerak menekukkan kakinya dengan serentak secara bersamaan.
·         Sumasi larutan H2SO4 5% kaki katak bergerak beberapa saat setelah di sumasi. Gerakan kaki lambat (katak sudah mulai lemah).

2.      Katak yang telah didekapitasi
Keterangan: setelah melakukan dekapitasi, katak kemudian di gantung pada statif dengan mengkait rahang bagian bawahnya. Dan menutupi ujung yang telah dipotong dengan kapas yang telah di celupkan terlebih dahulu ke dalam larutan fisiologis, larutan fisiologis ini tujuannya untuk memulihkan kembali kesadaran katak.
Setelah beberapa saat katak disentuh tapi tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupannya, setelah beberapa saat disentuh kembali, katak bergerak.

Jenis Rangsang
Tanggapan yang Diberikan Katak
Masukkan katak tersebut ke dalam akuarium, perhatikan gerakannya!
ketika katak di masukkan ke dalam akuarium, katak tidak bergerak.
Kemudian terlentangkan katak pada bak bedah, perhatikan apakah katak berusaha untuk membalikkan badannya atau tidak!
Katak bergerak pada bagian kaki, gerakan kaki seperti mau meloncat dan berusaha untuk membalikkan badan.
Selanjutnya letakkan katak tadi pada bidang miring mengarah ke bawah bidang tersebut, perhatikan gerakannya!
Katak bergerak pada bagian kaki dan lidah. Kaki katak bergerak seperti mau meloncat atau gerakan kakinya seperti ketika katak sedang berenang.
Gantunglah katak tersebut pada bagian rahnagnya.
Katak di gantung pada statif.
Lakukanlah sumasi dengan rangsangan zat-zat kimia seperti berikut: sediakan 3 gelas beaker yang masing-masing berisi larutan H2SO4 1%, 3%, 5%. Celupkan ujung jari katak pada larutan yang terendah, ulangi beberapa kali sampai terjadi respon. Celupkan ujung jari katak tersebut pada larutan yang lebih kuat. Perhatikan sebelum dicelupkan jari katak harus dicuci terlebih dahulu.
·         Sumasi pada anggota gerak depan sebelah kanan (HNO3), anggota gerak pada bagian ini bereaksi, bergerak menekuknya.
·         Sumasi pada anggota gerak belakang sebelah kiri (H2SO4 1%), anggota gerak pada bagian ini bereaksi. bereaksi tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lama, yang bereaksi kedua anggota gerak belakang.
·         Sumasi pada anggota gerak belakang sebelah kiri (H2SO4 3%), anggota gerak pada bagian ini bereaksi. beraksi lebih cepat bila dibandingkan dengan sumasi pada larutan H2SO4 3%.
·         Sumasi pada anggota gerak belakang sebelah kanan (H2SO4 5%), anggota gerak pada bagian ini tidak bereaksi.
Sentuhlah jari kaki belakang dan jari kaki depan dengan benda panas, perhatikan reaksinya.
Jari kaki belakang ataupun jari kaki depan tidak menunjukkan reaksi.
Sentuh pula bagian ventral / perutnya dengan benda panas, bagaimana reaksinya?
Bagian ventral / perut katak juga tidak menunjukkan reaksi.


F.     Pembahasan
Pada dasarnya semua sel memiliki sifat iritabilitas, artinya sel dapat menanggapi rangsangan yang sampai kepadanya. Sifat tersebut tampak masih sangat menonjol pada sel otot, dan sel saraf. Sel otot akan menunjukkan respon apabila padanya diberikan rangsangan lewat saraf atau langsung pada otot. Respon yang ditunjukkan oleh sel otot umumnya berupa kontraksi otot, sedangkan respon pada sel saraf tidak dapat diamati, sebab berupa proses pembentukan potensial aksi yang kemudian dirambatkan berupa impuls. Adanya respon sel saraf hanya dapat diamati pada efektornya.
Gerak refleks merupakan gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang sangat singkat dan tidak melewati otak. Sistem saraf pusat sebagai pengendali gerak refleks merupakan sebuah mekanisme yang terjadi pada makhluk hidup, salah satunya katak sebagai bentuk pertahanan diri dari berbagai rangsangan yang diberikan. Apabila suatu saraf diberi rangsangan, maka sel saraf akan merespon yaitu mengubah energi rangsangan menjadi energi elektrokimia impuls saraf yang akan dirambatkan sepanjang serabut saraf.
Pada pengamatan ini, kami menggunakan katak sawah. Pengamatan pertama kami menggunakan katak normal, dan pada pengamatan kedua kami menggunakan katak yang telah di Dekapitasi.
Katak Normal: pada katak normal, semua rangsang yang diberikan pada katak direspon dengan normal.
·         Pada rangsangan pertama, gerak refleks yang terjadi adalah mata katak langsung menutup / berkedip, selaput atau kelopak mata langsung tertutup melekuk ke bagian dalam.
·         Pada rangsangan yang kedua, gerak refleks yang terjadi adalah nares langsung tertutup ketika disentuh, gerakan seperti berkedipnya mata, nares mengembang mengempis.
·         Pada rangsangan yang ketiga, gerak refleks yang terjadi adalah Tubuh tidak menunjukkan reaksi apa apa, hanya saja kulit pada bagian tenggorokan agak mengkerut dan kembali lagi seperti semula.
·         Pada rangsangan keempat, gerak refleks yang terjadi adalah Katak tidak berbunyi, ini artinya katak yang kami gunakan untuk pengamatan merupakan katak betina. Karena hanya katak jantan yang jika diberi rangsang keempat ini maka akan berbunyi.
·         Pada rangsangan keempat, gerak refleks yang terjadi adalah Katak bergerak aktif (berontak). Kaki belakang meronta berusaha untuk melompat. Kulit pada bagian punggung yang di gores HNO3 menjadi warna keputihan dan kulit punggungnya menjadi panas. HNO3 bersifat panas pada kulit, hal ini yang menyebabkan katak menjadi berontak dan pernafasannya pun berlangsung cepat sehingga merasa jika dirinya terancam.
·         Pada rangsangan kelima, gerak refleks yang terjadi adalah pada sumasi yang pertama (larutan H2SO4 1%) katak tidak bereaksi, artinya larutan tersebut tidak memberi efek tertentu pada katak. Pada sumasi yang kedua (larutan H2SO4 3%) katak bereaksi, kaki katak bergerak secara langsung, bergerak dengan menekukkan / melipat kakinya dengan serentak secara bersamaan. Larutan H2SO4 dengan konsentrasi 3% ini seperti memberi efek kaget pada katak, sehingga katak bergerak secara langsung. Dan pada sumasi yang ketiga (larutan H2SO4 5%) kaki katak bereaksi namun reaksi yang ditunjukkan adalah beberapa saat setelah diberikannya rangsangan (tidak secara langsung bereaksi), reaksi yang ditunjukkan pada kaki, gerakan kaki lambat.
Sumasi ketiga ini memiliki konsentrasi yang lebih tinggi di banding pada sumasi yang kedua, akan tetapi reaksi / respon yang ditunjukkan lebih besar pada sumasi yang kedua, hal ini bisa terjadi karena katak sudah mulai lemah, merasa terancam (stres) sehingga sistem saraf / sistem koordinasinya tidak berjalan dengan baik.
Katak yang telah di Dekapitasi: Dekapitasi ini sendiri adalah proses pengurangan / penghilangan kepala, dekapitasi sendiri dilakukan pada bagian belakang membran tympani. Beri perlakuan / rangsangan, apakah katak yang telah di dekapitasi ini masih bisa bereaksi atau tidak dengan tidak adanya kepala, artinya saraf pusat telah tidak ada, dan yang tersisa adalah spinal frog.
·         Pada rangsangan yang pertama, setelah kesadaran katak pulih kembali, katak dimasukan kedalam aquarium, ketika katak dimasukan ke dalam aquarium katak tidak bergerak. Hal ini mungkin saja terjadi karena sistem koordinasi yang sudah berjalan dengan tidak baik.
·         Pada rangsangan yang kedua, Katak bergerak pada bagian kaki, gerakan kaki seperti mau meloncat dan berusaha untuk membalikkan badan. Pada rangsangan ini, mungkin saja lidahnya pun ikut bergerak, hanya saja posisi katak yang terlentang sehingga tidak terlihat jelas.
·         Pada rangsangan yang ketiga, Katak bergerak pada bagian kaki dan lidah. Kaki katak bergerak seperti mau meloncat atau gerakan kakinya seperti ketika katak sedang berenang.
·         Pada rangsangan yang keempat, dilakukan sumasi kembali pada katak yang telah didekapitasi. Pada sumasi yang pertama (larutan HNO3), sumasi dilakukan pada anggota gerak depan sebelah kanan, anggota gerak pada bagian ini bereaksi, bergerak menekuknya dan yang bergerak hanya bagian yang terkena sumasi saja. Pada sumasi yang kedua (larutan H2SO4 1%), Sumasi dilakukan pada anggota gerak belakang sebelah kiri, anggota gerak pada bagian ini bereaksi, bereaksi tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lama, yang bereaksi kedua anggota gerak belakang. Pada sumasi yang ketiga (larutan H2SO4 3%), Sumasi dilakukan pada anggota gerak belakang sebelah kiri sebelum sumasi ketiga ini dilakukan katak terlebih dahulu di cuci untuk mengembalikan kesadarannya dan diberi lagi larutan fisiologis, anggota gerak pada bagian ini bereaksi. beraksi lebih cepat bila dibandingkan dengan sumasi yang kedua. Dan pada sumasi yang ketiga (H2SO4 5%), Sumasi dilakukan pada anggota gerak belakang sebelah kanan, anggota gerak pada bagian ini tidak bereaksi, padahal sumasi yang dilakukan adalah dengan larutan yang mempunyai konsentrasi lebih tinggi. Hal ini mungkin saja terjadi karena sistem koordinasi yang sudah berjalan dengan tidak baik.
·         Pada rangsangan yang kelima, gerak refleks yang terjadi adalah Jari kaki belakang ataupun jari kaki depan tidak menunjukkan reaksi.
·         Pada rangsangan yang keenam, gerak refleks yang terjadi adalah Bagian ventral / perut katak juga tidak menunjukkan reaksi.
Pada pengamatan yang kedua ini, terlihat jelas bahwa setiap rangsang yang diberikan, maka respon yang ditunjukkan oleh katak pun tidak beraturan / tidak berkesesuaian (tidak normal). Hal ini terjadi karena sistem saraf yang berjalan tidak terkoordinasi dengan baik dengan dekapitasi yang telah dilakukan.
            Kesimpulan
Katak Normal: Dari hasil pengamatan di atas, bisa diketahui bahwa pada katak normal, setiap rangsang yang diberikan maka direspon secara normal pula, artinya sistem saraf atau pun sistem koordinasi nya berjalan dengan baik.
Katak yang telah di Dekapitasi: Pada pengamatan yang kedua ini, terlihat jelas bahwa setiap rangsang yang diberikan, maka respon yang ditunjukkan oleh katak pun tidak beraturan / tidak berkesesuaian (tidak normal). Hal ini terjadi karena sistem saraf yang berjalan tidak terkoordinasi dengan baik dengan dekapitasi yang telah dilakukan.


DAFTAR PUSTAKA
Modul Penuntun Praktikum



LAMPIRAN
1.      Pada katak yang telah didekapitasi apakah masih sanggup merespon setiap rangsang yang di berikan? Jelaskan jawaban anda !
Katak masih tetap bisa merespon terhadap rangsang yang diberikan, akan tetapi katak hanya merespon terhadap beberapa rangsang saja, tidak merespon pada semua rangsang yang diberikan. Katak merespon sangat lambat dan tidak beraturan / tidak berkesesuaian. Hal ini dikarenakan sistem koordinasi pada saraf katak sudah rusak dan tidak seimbang juga kesadaran katak berkurang.
2.      Apakah yang dimaksud dengan refleks? Jelaskan bagaimana mekanismenya!
Gerak refleks adalah gerakan yang tidak disadari atau gerakan yang baru disadari setelah gerakan tersebut terjadi. Gerak refleks ini merupakan gerakan yang dilakukan tanpa sadar dan merupakan respon langsung setelah adanya rangsanganz
Mekanisme dan urutan gerak refleks: Pada gerak refleks, rangsangan yang datang dari reseptor tidak semuanya sampai ke otak untuk diolah. Berikut ini urutan perjalanan impuls pada gerak refleks secara skematis:
Rangsang → Reseptor → Neuron Sensorik → Konektor (Otak/Sumsum Tulang Belakang) → Neuron Motorik → Efektor
Jalan pendek yang ditempuh oleh rangsang mengakibatkan gerak refleks yang disebut dengan lengkung refleks. Jenis refleks tergantung pada saraf penghubungnya apakah itu terdapat di sumsum tulang belakang atau di otak. Jika refleksnya hanya melibatkan sumsum tulang belakang maka disebut dengan Refleks cerebellar.
contoh gerak refleksContok gerak refleks melalui neuron konektor otak diantaranya: pupil mata akan mengecil, jika terkena cahaya terang. Contoh gerak refleks melalui neuron konektor sumsum tulang belakang, diantaranya: kaki terangkat ketika lutut dipukul.
Katak yang telah di Dekapitasi

Kepala katak setelah di dekapitasi
 
 



II.                UJI URINE
A.    Tujuan
1.      Untuk mengenal bau Amonia
2.      Mengetahui ada/tidak Glukosa di dalam urin
3.      Mengetahui ada/tidak endapan klorida di dalam urin

B.     Alat Dan Bahan
a.       Alat :
1.      6 buah tabung reaksi
2.      Pembakar(Bunsen)
3.      Penjepit tabung reaksi
4.      Pipet
5.      Lampu spitus
6.      Gelas kimia
7.      Rak Tabung
8.      Korek api
9.      ATK
b.      Bahan :
1.      Larutan Benedict
2.      Larutan AgNO3 10%
3.      Sampel Urine

C.    Langkah Kerja
a.       Glukosa Dalam Urine
1.      Siapkan alat dan bahan yang aan digunakan
2.      Masukan 3 mL larutan Benedict’h kedalam tabung reaksi dan panasan sampai mendidih
3.      Tambahkan 8 tetes urine ke dalam larutan benedict’s yang sudah di didihkan
4.      Panaskan lagi selama 1-2 menit kemudian biarkan dingin
5.      Amati adanya peubahan warna (endapan) yang terjad bila :
Ø  Hijau  : kadar glukosa 1%
Ø  Merah : kadar glukosa 1,5%
Ø  Orange : kadar glukosa 2%
Ø  Kuning : kadar glukosa 5%
Ø  Biru     : kadar glukosa normal
b.      Clorida Dalam Urine
1.      Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2.      Masukan 5 mL urine kedalam tabung reaksi kemudian tetesi dengan larutan AgNO3 1-2 tetes
3.      Kemudian kocok sampai urine dan larutan AgNO3 tercampur
4.      Diamkan selama  ± 2-3 menit
5.      Amati perubahan yang terjadi, Apabila ada endaan putih menunjukan adanya cholrida radikal.
c.       Amonia Dalam Urine
1.      Minyiapkan alat dan bahan yang aan digunakan
2.      Memasukan 1 mL urine kedalam tabng reaksi
3.      Memanaskan dengan tabung spirtus
Mencium aroma baunya

D.    Landasan Teori
Setiap harinya ginjal manusia bekerja menyaring darah dan menghasilkan urin. Jumlah Urin yang dihasilkan setiap manusia berbeda-beda tergantung dari jumlah air yang dikonsumsi, suhu serta tekanan yang dialami seseorang. Dalam kehidupan sehari-hari kita mengetahui bahwa urin manusia rata-rata berwarna kekuningan dan sedikit berbau. Nantinya didalam laporan ini akan dijelaskan apa saja yang terkandung didalam urine manusia ,dan didalam percobaan kali ini kita akan mengetahui ada atau tidaknya kandungan Glukosa, Protein dan endapan klorida dalam urin, Nantinya dari beberapa uji tersebut kita mengetahui tingkat kesehatan ginjal seseorang.
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Pengeluaran urin diperlukan untuk mem-buang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Secara umum urin berwarna kuning. Urin encer warna kuning pucat (kuning jernih), urin kental ber-warna kuning pekat, dan urin baru / segar berwarna kuning jernih. Urin yang didiamkan agak lama akan berwarna kuning keruh. Urin berbau khas jika dibiarkan agak lama berbau Amonia. pH urin berkisar antara 4,8 – 7,5, urin akan menjadi lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein,dan urin akan menjadi lebih basa jika mengkonsumsi banyak sayuran. Berat jenis urin 1,002 – 1,035.
Secara kimiawi kandungan zat dalan urin diantaranya adalah sampah nitrogen (ureum, kreatinin dan asam urat), asam hipurat zat sisa pencernaan sayuran dan buah, badan keton zat sisa metabolisme  lemak, ion-ion elektrolit (Na+, Cl–, K+, Amonium, sulfat, Ca2+ dan Mg2+), Hormone, zat toksin (obat, vitamin dan zat kimia asing), zat abnormal (protein, glukosa, sel darah Kristal kapur dsb).
Interpretasi warna urin dapat menggambarkan kondisi kesehatan organ dalam seseorang.
a.       Keruh, Kekeruhan pada urin disebabkan adanya partikel padat pada urin seperti bakteri, sel epithel, lemak, atau Kristal-kristal mineral.
b.      Pink, merah muda dan merah. Warna urin seperti ini biasanya disebabkan oleh efek samping obat-obatan dan makanan tertentu seperti Bluebery dan gula-gula, warna ini juga bisa digunakan sebagai tanda adanya perdarahan di system urinaria, seperti kanker ginjal, batu ginjal, infeksi ginjal, atau pembengkakkan kelenjar prostat.
c.       Coklat muda seperti warna air teh, warna ini merupakan indikator adanya kerusakan atau gangguan hati seperti hepatitis atau sirosis.
d.      Kuning gelap, Warna ini disebabkan banyak mengkonsumsi vitamin B kompleks yang banyak ter-dapat dalam minuman berenergi.

E.     Hasil Pengamatan
hasil uji urin
Keterangan:
A.    Glukosa yang berwarna biru
Karena urine tersebut masih normal sehingga warna nya biru karena kurang dari 1%
B.     Clorida yang berwarna putih yang terdapat endapan
Karena urine tersebut terdapat  clorida sehingga urine tersebut terdapat endapan.
C.     Ammonia yang berwarna kuning
Karena urine tersebut terdapat perubahan yang awalnya berwarna kuning dan tidak tercium aroma baunya tetapi setelah dipanaskan warnanya kuning bening dan aromanya menyengat.


F.     Pembahasan
a.       Glukosa Pada Urine ( Tabung A)
Menurut pengamatan yang telah kami lakukan, Yang pertama menguji glukosa pada urin dari hasil pengamatan tersebut  dalam urin. Yaitu dengan memanaskan terlebih dahulu larutan Benedict’s sampai mendidih kemudian memasukan 10 tetes urine  ternyata setelah dilakukan urin tersebut tidak terjadi perubahan warna yang awalnya biru setelah dilakuan uji ini ia terjadi perbahan warna dikarena urine tersbut normal dan tida mengandung glukosa.
a.       Clorida dalam urine (Tabung B)
Menurut pengamatan yang telah kami lakukan yaitu menguji urine apaka terdapat corida atau tidak di dalam urine terseb dengan menggunakan larutan AgNO3 1-2 tetes kemudian mengocoknya dan membiarkan selama 5 menit, semula warna pada urin yaitu kuning setelah diberi larutan AgNO3 dan dibiarkan selama 5 menit ternyata perubahan warna yang terjadi yaitu bagian atas tetap kuning dan bagian bawah terjadi endapan/berubah warna menjadi cream atau putih , berarti dapat diketahui bahwa urin tersebut tidak mengandung clorida radikal
b.      Ammonia Dalam Urine (Tabung C)
Menurut pengamatan yang teah kami lakukan yaitu menguji urine apakah terdapat ammonia dalam urine atau tidak? Ternyata didalam setelah dilakukan pemanasan urine tersebut dan mencium urine dengan cara di kipas-kipas pada atas tabung reaksi sehingga bau amonianya terciumm dari hasil tersebut bahwasannya urine tersebut mengandung ammonia yang rendah

G.    Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan,maka dapat diambil beberapa kesimpulan,antara lain :
1.      Dapat diketahui kandungan zat yang terdapat dalam urine dengan melakukan uji amoniak, uji klorida,  dan uji glukosa.
Dari hasil uji kandungan urine, diketahui bahwa pada uji glukosa urine ersebut norma karena urine tersebut kurang dari 1%. Pada uji Clorida dalam urine terdapat edapan yang berwarna putih dibawah dan pada bagian atas berwarna kuning. Dan yang e iga yaitu uji ammonia pada urine. Dari hasi yang didapat bahwa urin tersebut mengandung ammonia karena bau nya yang menyengat seangan pada awalnya tidak menyengat tetapi setelah dilakuan pemanasan urine tersebut bau nya menyngat.


DAFTAR PUSTAKA
Modul Penuntun Praktikum


III.             SISTEM CARDIOVASCULAR
A.    Tujuan
Mengetahui aktivitas jantung dengan menggunakan EKG

B.     Alat Dan Bahan
1.      EKG krim dan peralatan EKG
2.      Alcohol 70%
3.      Kapas

C.    Langkah Kerja
1)      Prosedur penggunaan alat EKG
a.       membersihkan bagian tubuh yang akan diperiksa dengan menggunakan kapas beralkohol 70%
b.      Setelah alkohol kering, mengoleskan EKG krim pada bagian yang dimaksud (dada, pergelangan tangan dan kaki)
memasang elektroda pada dada, pergelangan tangan dan kaki sesuai dengan kode warna elektroda pada table dibawah.

Table peletakan pasangan elektroda dengan bagian tubuh sesuai warna dan kode.
Warna
Kode
Tempat
Warna
Kode
Tempat
Merah

R
Lengan kanan
Putih
RA
Lengan kanan
Kuning

L
Lengan kiri
Hitam
LA
Lengan kiri
Hijau

F
Kaki kanan
Merah
LL
Kaki kiri
Hitam

N
Kaki kiri
Hijau
RL
Kaki kanan
Putih/merah
C1
Dada 1
Coklat/merah
V1
Dada 1
Putih/kuning
C2
Dada 2
Coklat/kuning
V2
Dada 2
Putih/hijau
C3
Dada 3
Coklat/hijau
V3
Dada 3
Putih/coklat
C4
Dada 4
Coklat/biru
V4
Dada 4
Putih/hitam
C5
Dada 5
Coklat/orange
V5
Dada 5
Putih/ungu
C6
Dada 6
Coklat/ungu
V6
Dada 6



2)   Setelah elektroda terpasang kemudian operasionalkan EKG secara otomatis/manual.
a.       Otomatis
·         Memilih operasi pada posisi A, pada setiap panelnya.
·         Menekan start/stop, maka alat EKG akan beroperasi dengan sendirinya dengan memeriksa komponen.
b.      Manual
·         Memilih operasi pada posisi M pada setiap panelnya.
·         Memilih LEAD EKG dengan cara menekan LEAD dan FEED untuk mengubah sesuai dengan kebutuhan, selanjutnya tekan tombol start/stop.
3)      Hal yang harus diperhatikan saat menggunakan EKG
a.       Pasien harus dalam keadaan rileks, sebab dalam keadaan stress/batuk/bersin akan mempengaruhi tampilan pada EKG.
b.      Penggunaan EKG krim harus secukupnya, jangan terlalu banyak atau sedikit.
4)      Jauhkan pasien dan EKG dari peralatan yang menimbulkan gelombang induk elektromagnetik.
Pastikan peralatan menggunakan arde/grounding.

D.    Landasan Teori
Ø Nilai-nilai EKG Normal
1.   Gelombang P yaitu depolarisasi atriuma.
a.       Nilai-normal ; lebar <> 
b.      Tinggi <0,25>
c.       Bentuk + ( ) di lead I, II, aVF, V2 - V6
d.      - ( ) di lead aVR
e.       + atau - atau + bifasik ( ) di lead III, aVL, V12.
2.   Kompleks QRS yaitu depolarisasi dan ventrikel, diukur dari permulaan gelombang QRSsampai akhir gelombang QRS Lebar 0,04 - 0,10 detik.
a.       Gelombang Q  yaitu defleksi pertama yang ke bawah (-) lebar 0,03 detik, dalam <1/3>
b.      Gelombang R yaitu defleksi pertama yang keatas (+)
• Tinggi ; tergantung lead. 
• Pada lead I, II, aVF, V5 dan V6 gel. R lebih tinggi (besar)
• Gel. r kecil di V1 dan semakin t
inggi (besar) di V2 - V6.
c.       Gelombang S yaitu defleksi pertama setelah gel. R yang ke bawah (-).Gel. S lebih besar pada VI - V3 dan semakin kecil di V4 - V6.
3.   Gelombang T yaitu repolarisasi dan ventrikel
a.       (+) di lead I, II, aVF, V2 - V6.
b.      (-) di lead aVR.
c.       (±) / bifasik di lead III, aVL, V1 (dominan (+) / positif)
4.   Gelombang U ; biasanya terjadi setelah gel. T (asal usulnya tidak diketahui) dan dalamkeadaan normal tidak terlihat.

E.     Hasil Pengamatan
hasil pengamatan menggunakan alat EKG

       Setelah melakukan pengamatan terhadap diagram hasil EKG dan diselaraskan dengan nilai-nilai kontraksi jantung normal pada EKG, dan dapat dilihat pada diagram bahwa QRS nya stabil karena tubuh sering bergerak sehingga tekanan atau gerakan jantung normal.


F.     Pembahasan
           Otot jantung juga memperlihatkan garis-garis melintang dan terdiri dari sel-sel individual yang panjang atau bercabang-cabang yang berjalan sejajar satu sama lain. Pada tempat perhubungan ujung ke ujung terdapat diskus interkalaris, struktur yang hanya ditemukan di dalam otot jantung inti. Inti terletak ditengah. Kontraksi otot jantung tidak di bawah pengaruh kemauan secara sadar, kuat dan berirama. Otot adalah jaringan yang terbentuk dari sekumpulan sel–sel yang berfungsi sebagai alat gerak. Jaringan otot sekitar 40% berat tubuh terbentuk atas otot. Otot melakukan semua gerak tubuh. Otot mempunyai sel–sel yang tipis dan panjang, yang mengubah energi yang tersimpan dalam lemak dan gula darah (glukosa) menjadi gerakan panas. Setelah melakukan pengamatan terhadap diagram hasil EKG dan diselaraskan dengan nilai-nilai kontraksi jantung normal pada EKG, dan dapat dilihat pada diagram bahwa QRS nya stabil karena tubuh sering bergerak sehingga tekanan atau gerakan jantung normal.

G.    Kesimpulan
Elektrokardiogram atau yang biasa kita sebut dengan EKG merupakan rekaman aktifitas kelistrikan jantung yang ditimbulkan oleh sistem eksitasi dan konduktif khusus. Beberapa tujuan dari penggunaan EKG adalah untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan irama jantung/disritmia, kelainan-kelainan otot jantung, pengaruh/efek obat-obat jantung, menilai fungsi pacu jantung dll. Elektrokardiogram tediri atas sebuah gelombang P, sebuah kompleks QRS dan sebuah gelombang T. Seringkali kompleks QRS itu terdiri atas tiga gelombang yang terpisah, yakni gelombang Q, gelombang R dan gelombang S, namun jarang ditemukan. Sandapan pada EKG ada 2 yaitu sandapan bipolar dan unipolar. Sadapan-sadapan bipolar dihasilkan dari gaya-gaya listrik yang diteruskan dari jantung melalui empat kabel elektrode yang diletakkan di kedua tangan dan kaki.sedangkan, sandapan unipolar Sadapan ini memandang jantung secara horizontal (jantung bagian anterior, septal, lateral, posterior dan ventrikel sebelah kanan). Dari hasil praktikum Elektrokardigraf diketahui bahwa Eka mengalami kelainan aritmia yaitu sinus takikardi. Sinus takikardi adalah denyut jantung yang lebih cepat daripada denyut  jantung normal. Detak jantung selama satu menit 113 kali, sedangkan detak jantung normal 60-100 kali per menit.

DAFTAR PUSTAKA
Modul Penuntun Praktikum






IV.             UJI DARAH
A.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui cara-cara menentukan golongan darah
2.      Untuk mempelajari aliran darah pada ekor kecebong
3.      Untuk mengetahui/mengukur kadar  hemoglobin yang ada dalam tubuh seseorang

B.     Alat Dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang di gunakan dalam praktikum ini:
a.      Uji Golongan Darah
Adapun alat yang di gunakan dalam praktikum ini:
1.      Blood Lanset
2.      Tusuk gigi
3.      Objek glass
4.      Alkohol
5.      Kapas
6.      Satu set Antisera ABO
7.      Anti Rh serum

b.      Observasi pembuluh darah pada Kecebong
Alat dan Bahan yang digunakan:
1.      Mikroskop
2.      Kapas
3.      Larutan fisiologis
4.      Urethan (2% - 25%)
5.      Petridisck
6.      Papan kayu
7.      Gelas piala
8.      kecebong

c.       Uji Hemoglobin
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini :
1.      Spuit
2.      Hemometer sahli
3.      Pipet pasteur
4.      Kapas
5.      Tissu
6.      Alkohol
7.      HCL 0,1 N
8.      Darah vena

C.    Langkah Kerja
·         Untuk menentukan golongan darah A,B,dan O
1.      Menghapus ujung jari anda dengan menggunakan kapas yang telah direndam dalam alcohol 70%.
2.      Menusuk jari tersebut dengan menggunakan blood lanset setril
3.      Menghapus tetesan darah pertama dengan menggunakan kapas beralkohol bersih  hingga bersih.
4.      Memijit jari tersebut dengan perlahan hingga keluar darah dari luka tadi, selanjutnya teteskan darah yang  berbeda.
5.      Meneteskan satu tetes antisera B pada tetesasn darah yang satunya lagi.
6.      Mengaduk tetesan masing-masing antisera dengan darah tersebut dengan menggunakan ujung tusuk gigi secara terpisah.
7.      Mengadaduk,biarkab beberapa saat,perhatikan apa yang terjadi masing-masing campuran darah dan antisera tersebut, campuran mana yang terjadi penggumpalan dan mana yang tidak terjadi penggumpalan.
·         Melihat aliran darah pada ekor  kecebong :
1.      Memasukkan beberapa ekor kecebong ke dalam gelas piala yang berisi larutan urethane 2 %.Tunggulah sampai kecebong tersebut tidak sadar.
2.      Memindahkan seekor kecebong yang sudah terbius bke dalam petridish yang telah diisi sedikit air.
3.      Mengamati di bawah mikroskop pembuluh-pembuluh darah pada ekor kecebong  yang  tampak transparan.
4.      Memerhatikan jalan darah dalam pembuluh darah tersebut, manakah yang lebih cepat, konstan dan berubah-ubah ?
5.      Menggambar sebagian rangkaian pembuluh darah yang diamati.
·         Untuk menentuka Rh.
1.      Meneteskan satu tetes darah yang masih segar ke atas gelas objek.
2.      Meneteskan pula satu tetes anti Rh serum di dekat tetesan darah tadi.
3.      Mengaduk tetesan darah dan tetes  anti Rh serum tersebut dengan menggunakan tusuk gigi.
4.      Memerhatikan apa yang terjadi.
5.      Mencatat mana yang menghasilkan penggumpalan dan mana yang tidak terjadi penggumpalan, bila terjadi penggumpalan darah tersebut adalah yang termasuk Rh.

D.    Landasan Teori
a.      Uji Golongan Darah
Darah merupakan cairan yang dimiliki semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan) dan memiliki fungsi mengirimkan zat-zat serta oksigen yang dibutuhkan jaringan tubuh. Darah diambil dari kata hemo atau hemato yang berasal dari bahasa Yunani yaitu haima yang memiliki arti darah. Darah manusia memiliki warna merah terang jika terdapat banyak oksigen dan merah tua jika kekurangan oksigen.
Darah dapat beredah ke seluruh tubuh berkat bantuan alat peredaran darah yaitu : jantung, pembuluh darah, dan pembuluh limfa. Darah juga dapat menjadi sumber energi bagi tubuh dengan mengangkaut nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang berguna untuk mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit.
Sebagai Zat Pengangkut : Fungsi darah di dalam tubuh antara lain ialah sebagai pengangkut zat-zat kimia seperti hormon, pengangkut zat buangan hasil metabolisme tubuh, pengangkut oksigen dan pengangkut karbondioksida. Menjaga Agar Suhu Tetap Stabil : yaitu dengan cara memindahkan panas dari alat-alat tubuh yang aktif ke agian lain yang tidak aktif.
Mengangkut Oksigen : Darah ialah cairan di dalam tubuh yang berfungsi untuk mengangkut oksigen dan diperlukan oleh sel di seluruh tubuh. Mengedarkan Air : Berfungsi untuk melakukan reaksi enzimatis dan menjaga tekanan osmosis tubuh. Mengedarkan hormon dan getah bening ke seluruh bagian tubuh. Menghindarkan tubuh dari infeksi kuman dengan jalan membentuk antibodi. Mengatur keseimbangan asam dengan basa untuk menghindari kerusakan jaringan-jaringan pada tubuh. Menutup luka melalui keping darah
Golongan darah adalah ilmu pengklasifikasian darah dari suatu kelompok berdasarkan ada atau tidak adanya zat antigen warisan pada permukaan membran sel darah merah. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah tersebut. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisisgagal ginjalsyok, dan kematian.
Ilmuwan Austria, Karl Landsteiner, memperoleh penghargaan Nobel dalam bidang Fisiologi dan Kedokteran pada tahun 1930 untuk jasanya menemukan cara penggolongan darah ABO. Jan Janskýdi pada tahun 1907 mengklasifikasikan darah manusia ke dalam empat grup, yang hingga kini masih digunakan.
Tabel pewarisan golongan darah kepada anak

Ibu
Ayah

O
A
B
AB

O
O
O, A
O, B
A, B

A
O, A
O, A
O, A, B, AB
A, B, AB

B
O, B
O, A, B, AB
O, B
A, B, AB

AB
A, B
A, B, AB
A, B, AB
A, B, AB

Rhesus
Jenis penggolongan darah lain yang cukup dikenal adalah dengan memanfaatkan faktor Rhesus atau faktor Rh. Nama ini diperoleh dari monyet jenis Rhesus yang diketahui memiliki faktor ini pada tahun 1940 oleh Karl Landsteiner. Seseorang yang tidak memiliki faktor Rh di permukaan sel darah merahnya memiliki golongan darah Rh-. Mereka yang memiliki faktor Rh pada permukaan sel darah merahnya disebut memiliki golongan darah Rh+. Jenis penggolongan ini seringkali digabungkan dengan penggolongan ABO. Golongan darah O+ adalah yang paling umum dijumpai, meskipun pada daerah tertentu golongan A lebih dominan, dan ada pula beberapa daerah dengan 80% populasi dengan golongan darah B.
Kecocokan faktor Rhesus amat penting karena ketidakcocokan golongan. Misalnya donor dengan Rh+ sedangkan resipiennya Rh-) dapat menyebabkan produksi antibodi terhadap antigen Rh(D) yang mengakibatkan hemolisis. Hal ini terutama terjadi pada perempuan yang pada atau di bawah usia melahirkan karena faktor Rh dapat memengaruhi janin pada saat kehamilan.
b.      Observasi Pembuluh Darah Kapiler Pada Kecebong
Dalam proses kehidupan organisme diperlukan makanan dan 02 untuk melaksanakan metabolisme di seluruh tubuh dan dihasilkan sampah (sisa) yang harus dikeluarkan oleh tubuh. Peredaran materi (bahan-bahan yang diperlukan tubuh) oksigen dan sisa-sisa metabolisme dilakukan oleh sistem transportasi (sistem sirkulasi atau sistem peredaran darah). Pada prinsipnya, sistem peredaran darah hewan, terutama hewan vertebrata sama seperti manusia. Sistem peredaran darah hewan juga melibatkan alat-alat peredaran darah seperti jantung dan pembuluh-pembuluh darah.
Dalam sistem sirkulasi, hasil pencernaan makanan dan oksigen diangkut dan diedarkan ke seluruh jaringan tubuh sedangkan dari jaringan tubuh akan menuju organ-organ pembuangan. Antara hewan tingkat tinggi dan hewan yang lebih sederhana terdapat perbedaan sistem sirkulasi.
Jantung Katak memiliki tiga ruas yang terdiri atas dua atrium (kanan dan kiri) dan satu ventrikel. Pada ventrikel terdapat campuran darah bersih yang banyak mengandung oksigen dan darah kotor yang banyak mengandung karbon dioksida. Pada jantung katak terdapat pertemuan antara vena cava anterior dan vena cava posterior pada sinus venosus.
Pembuluh darah adalah bagian dari sistem peredaran darah. Pembuluh darah biasa di sebut oleh orang awam dengan sebutan urat. Pembuluh darah merupakan jaringan elastis membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh, kemudian mengembalikannya lagi kedalam jantung. Pembuluh darah termasuk kedalam sistem pembuluh darah,yang mana pada mamalia, sistem ini terdiri jantung, arteri besar, arteriol (arteri kecil), kapiler (pembuluh darah kecil di ujung jaringan dan sel), venula (vena kecil) dan vena. Fungsi utama sistem ini adalah menyalurkan darah yang mengandung oksigen ke sel dan jaringan dan mengembalikan darah vena ke paru-paru untuk pertukaran gas oksigen (O2) dengan karbon dioksida (CO2).
STRUKTUR PEMBULUH DARAH
Pembuluh darah terbagi dua, yaitu arteri dan vena
1.      Arteri: Arteri membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh.
2.      Vena: Vena  berfungsi membawa darah dari perifer (ujung) kembali ke jantung dan paru-paru.
Sistem peredaran darah pada kecebong berupa sistem peredaran tertutup karena  berada di dalam pembuluh darah. Selain itu, sistem peredaran nya pun berupa  peredaran darah tunggal, yaitu predaran darah yang hanya melalui jantung satu kali. Hal ini di karenakan tidak di temukan peredaran darah yang lain dalam hal ini paru - paru.
Pada fase kecebong pernapasan menggunakan insang, ketika  bermetamorfosa menjadi katak barulah makhluk hidup tersebut bernapas menggunakan paru- paru. Berbeda dengan manusia yang mempunyai sisitem  peredaran darah ganda, yaitu sistem peredaran kecil yang mengalirkan darah dari  jantung ke paru-paru kembali ke jantung dan sistem peredaran darah besar yang mengalirkan darah dari jantung ke seluruh tubuh lalu kembali ke jantung.
Aliran darah yang berasal dari arah kepala dalam hal ini berasal dari  jantung merupakan pembuluh darah arteri. Aliran darah yang berasal dari ekor atau seluruh tubuh merupakan pembuluh vena. Aliran darah pada pembuluh arteri lebih cepat dikarenakan ventrikel kiri  pada jantung mempunyai kontraksi yang terkuat, ia harus mendorong darah ke seluruh tubuh untuk mempertahankan tekanan darah arteri sistemik. Sedangkan,  pembuluh vena alirannya lebih lambat di karenakan arah alirannya berlawanan dengan gaya gravitasi, faktor lainnya juga dikarenakan adanya pompa jantung, ada tekanan tertentu dipindahkan melalui kapiler-kapiler dari arteri.
Dalam pengamatan, untuk pembuluh darah yang mengalirkan darah lebih cepat serta berasal dari arah kepala atau jantung berada di pembuluh darah yang kecil, sedangkan aliran darah yang berjalan lambat serta aliran darahnya berasal dari ekor berada di pembuluh yang lebih besar. Dengan demikian, pembuluh darah arteri mempunyai diameter yang lebih kecil dibandingkan dengan pembuluh vena. Dinding arteri tebal, kuat, dan elastis, karena mempunyai fungsi yang  penting yaitu berperan sebagai pengurang tekanan, berperan sebagai pengatur  jumlah aliran darah di suatu tempat tertentu, berperan mempertahankan tekanan darah dan juga arteriol, arteriol itu sendiri mempunyai aktifitas siklis, membuka dan menutup lagi setiap beberapa menit. Lapisan paling dalam pada arteri adalah endotelium yang dikelilingi otot polos. Dinding arteri terdiri dari tiga lapisan. 
tunika intima yang terdiri dari lapisan sel endotel yang halus dan lapisan jaringan elastin tunika media yang merupakan campuran jaringan elastin dan otot polos tunika eksterna yang merupakan jaringan penyambung fibro-elastin Dinding vena tipis dan tidak elastis. Lapisan dalamnya bersifat licin karena dilapisi endotelium yang dikelilingi oleh otot polos. Sama seperti arteri, vena  juga memiliki tiga lapisan pada dindingnya. Hanya saja lebih tipis serta lebih mudah direnggangkan. Otot polos pada dinding vena berada di bawah di  bawah kontrol saraf autonomik.

c.       Uji Hemoglobin
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah. Kadar hemoglobin dapat ditetapkan dengan berbagai cara, antara lain metode Sahli, oksihemoglobin atau sianmethhemoglobin.
 Penetapan Hb metode Sahli didasarkan atas pembentukan hematin asam setelah darah ditambah dengan larutan HCl 0.1N kemudian diencerkan dengan aquadest. Pengukuran secara visual dengan mencocokkan warna larutan sampel dengan warna batang gelas standar. Metode ini memiliki kesalahan sebesar 10-15%, sehingga tidak dapat untuk menghitung indeks eritrosit.
 Penetapan kadar Hb metode oksihemoglobin didasarkan atas pembentukan oksihemoglobin setelah sampel darah ditambah larutan Natrium karbonat 0.1% atau Ammonium hidroksida. Kadar Hb ditentukan dengan mengukur intensitas warna yang terbentuk secara spektrofotometri pada panjang gelombang 540 nm. Metode ini tidak dipengaruhi oleh kadar bilirubin tetapi standar oksihemoglobin tidak stabil.
Metode sianmethemoglin didasarkan pada pembentukan sianmethemoglobin yang intensitas warnanya diukur secara fotometri. Reagen yang digunakan adalah larutan Drabkin yang mengandung Kalium ferisianida (K3Fe[CN]6) dan kalium sianida (KCN). Ferisianida mengubah besi pada hemoglobin dari bentuk ferro ke bentuk ferri menjadi methemoglobin yang kemudian bereaksi dengan KCN membentuk pigmen yang stabil yaitu sianmethemoglobin. Intensitas warna yang terbentuk diukur secara fotometri pada panjang gelombang 540 nm.
Selain K3Fe[CN]6 dan KCN, larutan Drabkin juga mengandung kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4) dan deterjen. Kalium dihidrogen fosfat berfungsi menstabilkan pH dimana rekasi dapat berlangsung sempurna pada saat yang tepat. Deterjen berfungsi mempercepat hemolisis darah serta mencegah kekeruhan yang terjadi oleh protein plasma.
            Nilai Rujukan.
·         Bayi baru lahir            : 15.2 - 23.6 gr/dl
·         Anak usia 1-3 tahun   : 10.8 - 12.8 gr/dl
·         Anak usia 4-5 tahun   : 10.7 - 14.7 gr/dl
·         Anak usia 6-10 tahun : 10.8 - 15.6 gr/dl
·         Dewasa (Pria)             : 13.2 - 17.3 gr/dl
·         Dewasa (Wanita)       : 11.7 - 15.5 gr/dl

E.     Hasil Pengamatan
a.      Uji Golongan Darah
Adapun hasil pengamatan dari praktikum ini adalah :
a.       Uji golongan darah
1.      Sistem ABO
No
Nama Praktikan
Anti A
Anti B
Keterangan
1
Ajeng
Tidak Menggumpal
Menggumpal
B



2.      Sistem Rh
No
Nama Praktikan
Anti Rh
Keterangan
1
Ajeng
Menggumpal
Positif




b.      Observasi pembuluh darah pada Kecebong
Hasil pengamatan Observasi pembuluh darah kapiler pada kecebong:

Kecebong yang berukuran cukup besar yang akan digunakan untuk pengamatan. Kecebong kemudian dibius menggunakan alkohol 70% dan diamati dibawah mikroskop. 
pembuluh darah Arteri dan Vena




Setelah dilakukan pengamatan di bawah mikroskop, terlihat jelas peredaran darah pada kecebong pada bagian ekornya. Terlihat jelas pembuluh-pembuluh darah yaitu antara pembuluh Arteri dan Pembuluh Vena.

c.       Uji Haemoglobin
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kadar hemoglobin darah manusia (sample) 10,3 g%. hasil itu termasuk di bawah normal tapi tidak juga rendah karena hemoglobin dikatakan rendah apabila hemoglobinnya di bawah 10 g% karena dari data normal menunjukkan bahwa kadar hemoglobin normal pada manusia berkisar antara 13.5-18.0 gram/dL, wanita 12-16 gram/dL.

F.     Pembahasan
a.      Uji golongan darah
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri.
Darah pada manusia  berfungsi untuk mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah.
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membrane sel darah merah. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus ( factor Rh).
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya. Individu dengan golongan darah A, memiliki sel darah merah dengan antigen A dipermukaan membrane sel dan menghasilkan antibody terhadap antigen B dalam serum darahnya. Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibody terhadap antigen A dalam serum darahnya. Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibody terhadap antigen A atau B. Sedangkan individu dengan golongan darah O (nol) memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibody terhadap antigen A dan B.
Pada percobaan kali ini yang dilakukan untuk mengetahui golongan darah, mula-mula yang dilakukan adalah menyiapkan kartu golongan darah. Kartu golongan darah berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan darah yang akan diamati. Kemudian mensterilkan salah satu ujung jari yaitu jari tengah dengan alkohol 70%. Alkohol 70% berfungsi untuk mensterilkan jari tengah dari kuman.  Kemudian menusukkan blood lancet ke jari tengah yang telah disterilkan tadi, ditusukkan pada pembuluh darah arteri. Setelah itu, menekan ujung jari yang telah ditusuk tadi sehingga mengeluarkan darah dan meneteskan darah tersebut pada kartu golongan darah, di lingkaran lingkaran yang tersedia, kemudian meneteskan serum alfa di darah lingkaran pertama , meneteskan serum beta di darah lingkaran kedua, meneteskan anti AB di lingkaran ketiga dan meneteskan anti Rh di lingkaran keempat  lalu mengaduknya dengan gerakan memutar dengan menggunakan tusuk gigi. Serum alfa, serum beta, anti AB dan anti Rh berfungsi untuk menentukan jenis golongan darah yang ditandai dengan adanya aglutinasi dan tidak adanya aglutinasi.
Berdasarkan hasil percobaan dan pengamatan yang telah dilakukan, Pada uji golongan darah yang bernama Ajeng, menyiapkan kartu golongan darah. Kemudian mensterilkan salah satu ujung jari yaitu jari tengah dengan alkohol 70%. Alkohol 70% berfungsi untuk mensterilkan jari tengah dari kuman.  Kemudian menusukkan blood lancet ke jari tengah yang telah disterilkan tadi, ditusukkan pada pembuluh darah arteri. Setelah itu, menekan ujung jari yang telah ditusuk tadi sehingga mengeluarkan darah dan meneteskan darah tersebut pada kartu golongan darah, di lingkaran lingkaran yang tersedia, kemudian meneteskan serum alfa di darah lingkaran pertama , meneteskan serum beta di darah lingkaran kedua, meneteskan anti AB di lingkaran ketiga dan meneteskan anti Rh di lingkaran keempat  lalu mengaduknya dengan gerakan memutar dengan menggunakan tusuk gigi. Perlakuan pada kartu golongan darah, setelah darah ditetesi anti A maka darah tidak mengalami penggumpalan dan setelah darah di tetesi anti B darah  mengalami penggumpalan, setelah darah di tetesi anti AB darah  mengalami penggumpalan , dan setelah darah di tetesi anti Rh darah  mengalami penggumpalan. Jai kesimpulannya Ajeng memiliki golongan darah B dan rhesus positif.
Antigen adalah sebuah zat yang menstimulasi tanggapan imun, terutama dalam produksi antibodi. Antigen biasanya berupa protein atau polisarida, tetapi dapat juga berupa molekul lainnya, termasuk molekul kecil dipasangkan dengan protein pembawa. Anti gen ini dibagi menjadi anti gen A dan anti gen B. dimana anti gen A hanya terdapat dan dihasilkan pada seseorang bergolongan darah A dan O, sedangkan anti gen B hanya terdapat pada seseorang bergolongan darah B dan O.
Dikatakan bergolongan darah A, karena setelah darah tersebut dicampur dengan serum alfa (anti A), darah tersebut mengalami aglutinasi. Aglutinasi terjadi dikarenakan di dalam sel darah tersebut mengandung aglutinogen A, dan serum darahnya dapat membuat agglutinin anti-B.
Dikatakan bergolongan darah B, karena setelah darah tersebut dicampur dengan serum beta (anti B), darah tersebut mengalami aglutinasi. Aglutinasi terjadi dikarenakan di dalam sel darah tersebut mengandung aglutinogen B, dan serum darahnya dapat membuat agglutinin anti-A.
Dikatakan bergolongan darah O, karena tidak mengalami aglutinasi setelah dicampurkan serum alfa (anti A) maupun serum beta (anti B). Hal ini dikarenakan di dalam sel darah tersebut tidak mengandung aglutinogen, dan serum darahnya dapat membuat agglutinin anti-A dan agglutinin anti-B.
b.      Observasi Peredaran Darah Pada Kecebong
Sistem peredaran darah pada kecebong dipelajari melalui aliran darah pada ekor kecebong. Setelah ekor kecebong diamati di bawah mikroskop terlihat pembuluh darah pada ekor kecebong yang nampak transparan beserta aliran-aliran darahnya.Sistem peredaran darah kecebong merupakan sistem peredaran darah tunggal, yaitu darah melewati jantung sekali dalam setiap peredaran. Mekanisme peredaran darh pada kecebong adalah sebagai berikut: · Seluruh darah yang mempunyai kadar O rendah dan CO tinggI, masuk ke jantung melalui pembuluh vena (darah tersebut disebut darah vena). · Otot bilik akan memompa darah keluar dari jantung lewat arteri menuju kapiler di dalam insang. · Daerah insang merupakan tempat terjadinya pertukaran gas, karbon dioksida dibebaskan dan oksigen diikat (darah yang kaya oksigen disebut darah arteri). · Darah arteri kemudian mengalir menuju ke kapiler sistemik, yaitu kapiler yang menyebar ke seluruh tubuh. · Darah dari sel-sel tubuh dikumpulkan, kemudian di bawa lagi ke jantung melalui pembuluh vena. Dari praktikum tersebut dapat kita amati perbedaan pembuluh darah arteri, vena dan kapiler. Pada pembuluh darah arteri (dari jantung ke seluruh tubuh) diameter pembuluh darah lebih kecil, kecepatan aliran darah lebih cepat dan dinding pembuluh darah lebih tebal. Sedangkan, pada pembuluh darah vena (dari seluruh tubuh ke jantung) diameter pembuluh darah lebih besar, kecepatan aliran dah lebih lambat dn dinding pembuluh darah lebih tipis. Pembuluh arteri dan vena mengalirkan darah lebih cepat daripada pembuluh kapiler karena ukuran pembuluh darah arteri dan vena tersebut lebih besar dari ukuran pembuluh kapiler. Pada masa larva (berudu/ kecebong), sistem peredaran transportasinya menyerupai sistem transportasi pada ikan. Setelah mengalami metamorfosis menjadi katak, sistem transformasinya mengalami perubahan yang sesuai dengan kehidupan di lingkungan darat.
c.       Uji Hemoglobin
Menghitung kadar hemoglobin darah
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kadar hemoglobin darah manusia (sample) 10,3 g%. hasil itu termasuk di bawah normal tapi tidak juga rendah karena hemoglobin dikatakan rendah apabila hemoglobinnya di bawah 10 g% karena dari data normal menunjukkan bahwa kadar hemoglobin normal pada manusia berkisar antara 13.5-18.0 gram/dL, wanita 12-16 gram/dL. Hal ini sesuai dengan referensi yang di dapatkan dimana Hb rendah (<10 gram/dL) biasanya dikaitkan dengan anemia defisiensi besi. Sebab lainnya dari rendahnya Hb antara lain pendarahan berat, hemolisis, leukemia leukemik, lupus eritematosus sistemik, dan diet vegetarian ketat (vegan). Dari obat-obatan: obat antikanker, asam asetilsalisilat, rifampisin, primakuin, dan sulfonamid. Ambang bahaya adalah Hb < 5 gram/dL. Sedangkan Hb tinggi (>18 gram/dL) berkaitan dengan luka bakar, gagal jantung, COPD (bronkitis kronik dengan cor pulmonale), dehidrasi / diare, eritrositosis, polisitemia vera, dan pada penduduk pegunungan tinggi yang normal.
G.    Kesimpulan
1. Pembuluh darah yang paling cepat adalah arteri, yaitu pembuluh darah yang mengalirkan darah dari jantung ke eluruh tubuh.
2. Pembuluh darah yang lambat adalah vena, yaitu pembuluh darah yang mengalirkan darah dari seluruh tubuh ke jantung.
3. Aliran pada pembuluh darah kapiler paling lambat apabila dibandingkan dengan aliran darah pada pembuluh arteri dan vena. dan pembuluh darah kapiler adalah pembuluh darah yang menghubungkan antara pembuluh darah arteri dan vena.

DAFTAR PUSTAKA
Modul Penuntun Praktikum
LAMPIRAN
LAMPIRAN A
1.      Apakah yang menyebabkan terjadinya perbedaan kecepatan aliran pada pembuluh darah tersebut ? Pada pembuluh manakah kecepatan aliran darah selalu tetap ada dan pada pembuluh mana yang berubah-ubah ?
Jawab: yang menyebabkan terjadinya perbedaan kecepatan aliran pada pembuluh darah adalah suhu. System peredaran darah pada kecebong termasuk system peredaran darah ganda. Pembuluh pada kecepatan aliran darah yang selalu tetap terjadi di arteri dan pembuluh pada kecepatan aliran yang selalu berubahubah terjadi di vena.
2.      Adakah pengaruh suhu terhadap kecepatan jalannya aliran darah, kalau ada bagaimana pengaruhnya?
Jawab: Suhu sangat berpengaruh terhadap kecepatan jalannya aliran darah, jika suhu semakin dingin maka aliran darahnya semakin cepat karena menyangkut proses oksidasi (mempertahankan suhu tubuhnya)

LAMPIRAN B
1.      Buatlah diagram hubungan transfusi antara golongan darah ABO, mana yang dimaksud donor universal dan resipien universal?
Jawab:

Golongan darah O dapat menjadi donor bagi semua golongan darah, karena golongan darah ini tidak memiliki aglutinogen A maupun B sehingga tidak menyebabkan aglutinasi atau penggumpalan darah. Oleh karena itu, golongan darah O disebut donor universal
Golongan darah AB merupakan resipien universal, karena dapat menerima darah dari golongan darah A, B, AB, maupun O. Hal ini disebabkan karena golongan darah AB tidak mempunyai antibodi (aglutinin) α maupun β, tetapi hanya memiliki antigen (aglutinogen) A dan B.
2.      Jelaskan apa yang dimaksud dengan antigen, antibodi, aglutinogen, aglutinin serta zat dan jelaskan hubungannya dengan transfusi darah
Jawab:
Antigen yaitu protein asing atau zat yang menimbulkan rangsangan terhadap tubuh. antibody yaitu senyawa kimia yang menjalankan fungsi sistem kekebalan tubuh. Aglutinogen adalah protein darah yan terdapat dalam eritrosit dan berfungsi sebagai antigen, sedangkan Aglutinin merupakan protein darah yang terdapat dalam plasma darah sebagai anti bodi. Ada dua macam aglutinin, yaitu: aglutinin α (zat anti A) , dan aglitinin β (zat anti B). Zat adalah sesuatu yang memiliki massa dan menempati ruang. Hubungannya yaitu sama sama berperan dalam pembekuan dan penggolongan darah.
3.      Jelaskan apa yang dimaksud dengan Eritroblastosis fetalis?
Jawab:
Eritroblastosis fetalis atau dalam  adalah suatu kelainan berupa hemolisis (pecahnya sel darah merah) pada janin yang akan nampak pada bayi yang baru lahir karena perbedaan golongan darah dengan ibunya.
Eritroblastosis fetalis biasanya terjadi apabila bayi bergolongan darah rhesus positif sedangkan ibu bergolongan darah rhesus negatif.
V.                DEMONSTRASI OTOT

A.    Tujuan
1.      Mempelajari respon otot terhadap berbagai macam rangsang.
2.      Mengukur kecepatan kontraksi tunggal otot rangka.
3.      Mempelajari periode-periode kontraksi otot yang mengalami kelelahan.

B.     Alat Dan Bahan
1.      Katak yang masih hidup
2.      Gunting bedah
3.      Sonde
4.      Bedak bedah
5.      Kimografh
6.      Stimulator
7.      Flaw-jaw clamp
8.      Double clamp
9.      Frog clip
10.  L;ight muscle lever
11.  Flat base stand
12.  Garputala
13.  Larutan fisiologis (Ringer`s)
14.  Benang

C.    Langkah Kerja
·         Mengisolasi otot Gastrocnemius (otot betis).
1.      Memotong bagian kepala katak mulai dari sebelah belakang membran timpani (dekapitasi).
2.      Merusakkan sumsum tulanmg belakang dengan cara menusuk dengan sepotong kawat atau sonde sedalam-dalamnya sehingga katak menjadi lemas.
3.      Untuk mendapatkan otot Gastrocnemius dari sebuah kaki katak, lakukan cara sebagai berikut :
a.       Memisahkan otot Gastrocnemius tersebut dari otot lainnya dengan cara memasukkan sonde pada daerah antara otot tersebut dengan otot lainnya (untuk mempelajari respon otot terhadap berbagai macam rangsang, cukup dikerjakan sampai disini dahulu).
b.      Melepaskan pula bagian tendo achiles pada daerah tumit katak dengan menggunakan gantung.
c.       Mengikat sehelai benang pada bagian ujung tendon paha, potonglah bagian benang yang berlebih sehingga masih memungkinkan yuntuk diikatkan pada otot.
d.      Pisahkan otot paha dari saraf sciatiknya.
e.       Mengikat saraf sciatic tersebut dengan sehelsi benang dan potonglah pada bagian atas dari ikatan tadi.
f.       Selama melakukan kegiatan di atas tubuh katak terutama otot Gastrocnemius selalu dibasahi dengan larutan Ringer`s demikian pula pada waktu melaksanakan percobaan.

D.    Landasan Teori
Otot di sebut alat gerak aktif karena mampu menghasilkan gerakan tubuh. Jaringan otot seperti jaringan yang lain memiliki sifat peka terhadap rangsangan (sifat iritabilitas), mampu merambatkan impuls (sifat konduktivitas), mampu melaksanakan metabolism dan reproduksi. Sifat  jaringan otot yang khas adalah kemampuannya untuk berkontraksi (sifat kontraktilitas) yang tinggi. Sifat kontaktilitas ini di sebabkan sel-sel otot dimiliki oleh jaringan yang lain.
Sifat iritabilitas otot ditunjukkan oleh kemampuan otot untuk mengenal dan merespon rangsangan yang langsung mengenalnya, tanpa tergantung dari jaroingan saraf yang biasanya otot dalam keadaan lelah, dan dapat meningkat apabila otot dalam kondisi yang optimum (cukup makanan dan oksigen).
Kemampuan otot bergerak dikarenakan sel otot mengandung protein kontraktil, yaitu myosin sebagai penyusun filament tebal,Selama kontraksi, filament-filamen bergerak relative satu terhadap yang lain untuk menghasilkan pemendekkan dan tegangan.Pergeseran terjadi akibat siklus jembatan silang miosin yang berulang-ulang dengan menggunakan energy ATP, yang dipicu oleh tingat Ca++ sistolik yang disebabkan akibat vadanya eksitasi pada rangka, dan otot jantung yang struktur fungsi serta sifat kontraksinya berbeda-beda.

E.     Hasil Pengamatan

pencatatan respon / kontraksi otot katak dengan alat Kimograf
Dari hasil pengamatan pada Demonstrasi otot ini, di dapat hasil seperti pada gambar di atas, otot katak mendapat rangsang tunggal, ganda, dan tetanus.
F.     Pembahasan
 
hasil pencatatan skala kontraksi otot katak pada kimograf



Kontraksi tunggal otot rangka merupakan hasil rangsangan tunggal, pada umumnya terdiri dari tiga periode yaitu: periode laten, saat dari mulai pemberian rangsang sampai mulai timbul respon; periode kontraksi, fase pemendekan; periode relaksasi; setelah fase pemendekan otot kembali ke keadaann semula.
Pecobaan yang di lakukan menggunakan otot gastroknemus karena otot tersebut peka terhadap rangsangan listrik. Cairan dan ion-ion yang ada pada otot gastroknemus selalu dijaga, pada pengamatan ini digunakan larutan ringer. Larutan ringer juga digunakan sebagai penghantar aliran listrik. Alat yang digunakan pada pengamatan pengukuran kontraksi otot gastroknemus universal kimograf beserta asesorinya, fungsi alat ini adalah untuk mengetahui pengaruh rangsangan listrik terhadap kontraksi otot gastroknemus.
Pada pengamatan ini, otot gastroknemus diberi 3 perlakuan. Perlakuan tersebut antara lain adalah untuk melihat respon otot gastroknemus terhadap pemberian rangsang tunggal, rangsang ganda, dan rangsang berturut-turut. Pada perlakuan pemberian rangsang tunggal pada otot gastrojnemus, didapatkan hasil yang dicatatkan oleh kimograf berupa amplitudo yang tunggal. Munculnya amplitudo ini disebabkan karena adanya potensial aksi yang mengalir pada otot tersebut.
Potensial aksi ini disebabkan karena adanya arus listrik. Pencatatan kimograf menghasilkan satu sekuens rangsang – kontraksi – relaksasi yang terbagi atas periode laten, periode kontraksi, dan periode relaksasi.
Pada perlakuan selanjutnya, otot gastroknemus diberi perlakuan dengan diberi rangsangan dua kali. Perlakuan ini menyebabkan otot berkontraksi. Hal yang terjadi pada perlakuan ini adalah, saat pemberian rangsang kedua diberikan pada saat respon terhadap rangsangan pertama telah selesai, respon kedua yang dihasilkan akan memiliki besar yang sama dengan respon pertama karena disebabkan otot telah menyelesaikan sekuens kontraksi relaksasi pertama,kemudian saat diberi rangsang kedua akan terjadi perulangan seperti saat pemberian rangsang pertama. Perlakuan seperti ini menimbulkan keadaan yang disebut “summation of effect” dimana pemberian rangsang kedua menghasilkan kontraksi yang lebih kuat dapi pada kontraksi yang disebabkan oleh rangsang pertama (seeley 2003).
Pada perlakuan ketiga, otot gastroknemus diberi perlakuan rangsang berturut-turut. Hal ini dicatat oleh kimograf berupa amplitudo berjumlah tiga yang saling berurutan. Kejadian ini disebut dengan tetani.
Tetani merupakan keadaan yang terjadi saat frekuensi stimulasi menjadidemikian cepat sehingga tidaka ada peningkatan frekuensi lebih jauh lagiyang akan meningkatkan tegangan kontraksi, tenaga terbesar yang dapat
G.    Kesimpulan
Jadi, dari hasil pengamatan diatas, katak di beri 3 perlakuan rangsang, yaitu perlakuan tunggal, ganda, dan Tetani / tetanus. Dimana tiap perlakuan menunjukkan skala yang berbeda.
Kontraksi tunggal otot rangka merupakan hasil rangsangan tunggal, pada umumnya terdiri dari tiga periode yaitu: periode laten, saat dari mulai pemberian rangsang sampai mulai timbul respon; periode kontraksi, fase pemendekan; periode relaksasi; setelah fase pemendekan otot kembali ke keadaann semula.
Pada perlakuan ganda, rangsang diberikan setelah rangsangan yang pertama selesai, otot akan menghasilkan respon yang sama seperti pada saat rangsang pertama.
Dan pada rangsangan yang ketiga, otot diberi perlakuan rangsang yang berturut-turut sehingga menyebabkan otot mengalami tetani. Tetani merupakan keadaan yang terjadi saat frekuensi stimulasi menjadidemikian cepat
DAFTAR PUSTAKA
Modul Penuntun Praktikum
http://www.artikelsiana.com/2014/12/pengertian-jenis-ciri-ciri-otot-polos.html
LAMPIRAN
1.      Sebutkan perbedaan respon otot terhadap tiga macam rangsangan yang dipakai?
Jawaban:
Kami hanya menggunkan rangsang elektrik saja yaitu Respon elektrik respon dengan bantuan aliran listrik.
2.      Rangsang manakah yang terbaik untuuk dipakai di laboratorium dan mengapa?
Jawaban:
Rangsang mekanik, karena rangsang tersebut bersifat aman dan ramah lingkungan bagi laboratorium. 
3.      Apa yang dimaksud dengan tendon dan apa fungsinya ?
Jawaban:
Tendon adalah jenis jaringan lunak yang menghubungkan jaringan otot dengan tulang, mirip dengan ligmen yang menghubungkan tulang dengan tulang.
Fungsi tendon adalah untuk bertindak sebagai peregangan dan mekanisme rekoil (kembali) yang mentransmisikan gaya yang dihasilkan oleh otot ke tulang atau sendi yang berpasang. Meskipun analogi yang tidak sempurna, tendon dapat dianggap sebagai mirip dengan karet gelang yang elastis
4.      Apakah perbedaan stimulus minimal, stimulus sub maksimal dan stimulus maksimal?
Jawab : stimulus minimal merupakan rangsangan terkecil yang tepat menimbulkan tanggapan rangsangan yang intensitasnya bervariasi dari rangsang ambang sampai rangsang maksimal. Stimulus maksimal merupakan rangsang yang dapat menimbulkan tanggapan maksimal.
5.      Hitunglah berapa waktu laten dan waktu kontraksi serta waktu relaksasi otot gastrocnemius?
Jawab :  Waktu laten berada pada kisaran 6-25 mm, waktu relaksasi berada pada kisaran 26-55mm.
6.      Bagaimanakah beda waktu laten, kontraksi dan relaksasi otot pada percobaan 1 dan 2 ?
Jawab : Waktunya jelas berbeda tergantung pada jenis perlakuannya dan kisaran waktu yang telah ditentukan.
pencatatan skala tunggal, ganda, dan tetanus

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Praktikum Konsumsi Oksigen Pada Jangkrik

PROSES OKSIDASI DAN PROSES RESPIRASI ( Fermentasi Ragi )

Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Observasi Pembuluh Darah Kapiler Pada Kecebong Dan Uji Golongan Darah