Laporan Praktikum Konsumsi Oksigen Pada Jangkrik



LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
KONSUMSI OKSIGEN (O2) PADA HEWAN  ( Jangkrik )
Laporan ini di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas praktikum Fisiologi Hewan oleh Dosen Pembimbing: Ibu Siti Nurkamillah, M.Pd
Disusun Oleh:
Nina Novianti                         (15541002)
Ajeng Nurpadilah                   (15541007)
Rida Mardiani                         (15542008)
Iis Siti Maspupah                    (15542016)
Yogi Muh. Darda                    (15542018)
Imelda Febriyanti                    (15542033)
  Eliyanti                                   (14542029)




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
GARUT
2017
KONSUMSI OKSIGEN (O2) PADA HEWAN
( Jangkrik )
A.    Tujuan
1.      Untuk mengukur banyaknya konsumsi oksigen pada belalang
2.      Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi di dalam respirasi
3.      Untuk mengetahui hubungan antara kecepatan respirasi pada hewan dengan kecepatan metabolismenya
B.     Alat Dan Bahan
 
Alat yang digunakan dalam percobaan
        1.       
Jarum suntik
5.

Respirometer sederhana
       2.       
Kertas label
6.
kalkulator
       3.       
kapas
7.
Neraca
       4.       

Spatula
8.

Pipet Tetes



Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
       1.       
KOH
4. 
Metilen Blue
       2.       
Jangkrik
5.
Vaselin
 


A.    Langkah Kerja
Langkah Kerja
1.      Hewan percobaan ditimbang dengan menggunakan timbangan
2.      Kemudian respirometer sederhana yang telah disiapkan diisi dengan kristak KOH yang telah dibungkus dengan kapas, masukkan hewan percobaan tutup penutup respirometer dengan menggunakan vaselin agar tidak ada udara yang masuk, beri eosin pada pipa sekala.
3.      Amati pergerakan eosin pada pipa skala, kemudin hitung pergerakannya sampai waktu yang telah di tentukan (setiap 5 menit, dan lakukan pengulangan sebanyak tiga kali).

B.     Landasan Teori
1.      Respirasi
Bernafas merupakan salah satu ciri dan aktivitas makhluk hidup. Istilah pernafasan sering di sama artikan dengan istilah respirasi, walau sebenarnya kedua istilah tersebut secara harfiah berbeda. Pernafasan (breathing) berarti menghirup dan menghembuskan nafas. Bernafas berarti memasukkan udara dari lingkungan luar ke dalam tubuh dan mengeluarkan udara sisa dari dalam tubuh ke lingkungan luar. Sedangkan respirasi (respiration) berarti suatu proses pembakaran (oksidasi) senyawa organik (bahan makanan) di dalam sel guna memperoleh energi.
Pengertian respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O2) yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme sel dan karbondioksida  (CO2) yang dihasilkan dari metabolisme tersebut dikeluarkan dari tubuh melalui paru-paru
Pernafasan atau respirasi adalah menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen (O2) kedalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida (CO2) sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Sisa respirasi berperan untuk menukar udara ke permukaan dalam paru-paru.
Respirasi dalam biologi adalah proses mobilisasi energi yang dilakukan jasad hidup melalui pemecahan senyawa berenergi tinggi (SET) untuk digunakan dalam menjalankan fungsi hidup.
Fungsi Sistem RespirasI
1.      Menyediakan permukaan untuk pertukaran gas antara udara dan sistem aliran darah.
2.      Sebagai jalur untuk keluar masuknya udara dari luar paru-paru.
3.      Melindungi permukaan respirasi dari dehidrasi, perubahan temperatur, dan berbagai keadaan lingkungan yang merugikan atau melindungi sistem respirasi itu sendiri dan jaringan lain dari patogen.
4.      Sumber produksi suara termasuk untuk berbicara, menyanyi, dan bentuk komunikasi lainnya
5.      Memfasilitasi deteksi stimulus olfactory dengan adanya resetor olfactory di superior portion pada rongga hidung.
Respirasi bertujuan untuk menghasilkan energi. Energi hasil respirasi tersebut sangat diperlukan untuk aktivitas hidup, seperti mengatur suhu tubuh, pergerakan, pertumbuhan dan reproduksi. Jadi kegiatan pernafasan dan respirasi tersebut saling berhubungan karena pada proses pernafasan dimasukkan udara dari luar (oksigen) dan oksigen tersebut digunakan untuk proses respirasi guna memperoleh energi dan selanjutnya sisa respirasi berupa gas karbon dioksida (CO2) dikeluarkan melalui proses pernafasan. Karena hewan-hewan tingkat rendah dan tumbuhan tidak memiliki alat pernafasan khusus sehingga oksigen dapat langsung masuk dengan cara difusi, maka sering kali istilah pernafasan disamakan dengan istilah respirasi. Dengan demikian perbedaan kedua istilah itu tidak mutlak.
Alat pernafasan hewan pada dasarnya berupa alat pemasukan dan alat pengangkutan udara. Apabila alat pemasukan ke dalam tubuh tidak ada, maka pemasukan oksigen dilakukan dengan cara difusi, misalnya pada protozoa. Pada cacing tanah, oksigen masuk secara difusi melalui permukaan tubuh, kemudian masuk ke pembuluh darah. Di dalam darah, oksigen di ikat oleh pigmen-pigmen darah, yaitu hemoglobin yang larut dalam plasma darah. Pada hewan lain, hemoglobin terkandung di dalam sel darah merah (eritrosit).
Laju metabolisme adalah jumlah total energi yang diproduksi oleh tubuh per satuan waktu. Laju metabolisme berkaitan erat dengan respirasi karena respirasi merupakan proses ekstrasi energi dari molekul makanan yang bergantung pada adanya oksigen. Secara sederhana, reaksi kimia yang terjadi dalam respirasi dapat dituliskan sebagai berikut: C6H12O6 + 6O2 → 6 CO2 + 6H2O + ATP.
Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa system trachea yang berfungsi untuk mengangkut dan mengedarkan O2 ke seluruh tubuh serta mengangkut dan mengeluarkan CO2 dari tubuh. Trachea memanjang dan bercabang-cabang menjadi saluran hawa halus yang masuk ke seluruh jaringan tubuh oleh karena itu, pengangkutan O2 dan CO2 dalam system ini tidak membutuhkan bantuan sitem transportasi atau darah. Udara masuk dan keluar melalui stigma, yaitu lubang kecil yang terdapat di kanan-kiri tubuhnya. Selanjutnya dari stigama, udara masuk ke pembuluh trachea yang memanjang dan sebagian ke kantung hawa. Pada serangga bertubuh besar terjadinya pengeluaran gas sisa pernafasan terjadi karena adanya pengaruh kontraksi otot-otot tubuh yang bergerak secara teratur. Corong hawa (trakea) adalah alat pernapasan yang dimiliki oleh serangga dan arthropoda lainnya. Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada di kerangka luar (eksoskeleton) yang disebut spirakel. Spirakel berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin, dan terletak berpasangan pada setiap segmen tubuh. Spirakel mempunyai katup yang dikontrol oleh otot sehingga membuka dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Pada umumnya spirakel terbuka selama serangga terbang, dan tertutup saat serangga beristirahat. Oksigen dari luar masuk lewat spirakel. Kemudian udara dari spirakel menuju pembuluh-pembuluh trakea dan selanjutnya pembuluh trakea bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut trakeolus sehingga dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam. Trakeolus tidak berlapis kitin, berisi cairan, dan dibentuk oleh sel yang disebut trakeoblas. Pertukaran gas terjadi antara trakeolus dengan sel-sel tubuh. Trakeolus ini mempunyai fungsi yang sama dengan kapiler pada sistem pengangkutan (transportasi) pada vertebrata. Sistem pernafasan pada serangga mengenal dua sistem, yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup. Digunakan alat/organ yang disebut spirakulum (spiracle), juga tabung-tabung trakhea dan trakheola. Tekanan total dari udara sebenarnya merupakan jumlah tekanan gas N2, O2, CO2 dan gas-gas lain. O2 sendiri masuk ke dalam jaringan dengan satu proses tunggal yaitu adanya tekanan udara dalam jaringan. Tekanan O2 dengan demikian harus lebih besar dari pada tekanan udara dalam jaringan, sebaliknya tekanan CO2 dalam jaringan harus lebih besar dibanding yang ada di udara.
2.      Kandungan Dan Fungsi KOH, METHYLEN BLUE, dan VASELIN
Kandungan dan Fungsi KOH
Peran KOH adalah mengikat CO2 dan meningkatkan tekanan pada pipa frespirometer. Reaksi KOH ini akan menghasilkan air, karena KOH bersifat hidrofil  (Hydrofilic) maka H2O hasil respirasi akan diserap oleh KOH. Maka dari itu KOH dilapisi tissue agar sifat kaustik dari KOH tidak terlalu berefek pada makhluk hidup yang ada di dalam tabung ketika melakukan ekspirasi.
Kandungan dan fungsi methylene blue
Fungsi methylene blue pada respirometer sederhana untuk mengetahui laju volume respirasi pada jangkrik.
Kandungan dan fungsi vaselin
Fungsi vaselin ini diharapkan agar udara yang berada di dalalm tabung tidak dapat keluar dan udara yang diluar tidak dapat masuk melalui celah-celah antara mulut tabung dengan penutup.
3.      Respirometer Sederhana

 


Respirometer digunakan untuk mengukur rata-rata pernapasan organisme dengan mengukur rata-rata pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Hal ini memungkinkan penyelidikan bagaimana faktor-faktor seperti umur atau pengaruh cahaya memengaruhi rata-rata pernapasan.  Respirometer sederhana dapat digunakan untuk mengukur kecepatan pernapasan beberapa macam organisme hidup seperti serangga, bungaakar, kecambah yang segar.
Jika tidak ada perubahan suhu yang berarti, kecepatan pernapasan dapat dinyatakan dalam ml/detik/g, yaitu banyaknya oksigen yang digunakan oleh makhluk percobaan tiap 1 gram berat tiap detik. Respirometer ini terdiri atas dua bagian yang dapat dipisahkan, yaitu tabung spesimen (tempat hewan atau bagian tumbuhan yang diselidiki) dan pipa kapiler berskala yang dikaliberasikan teliti hingga 0,01 ml. Kedua bagian ini dapat disatukan amat rapat hingga kedap udara dan didudukkan pada penumpu (landasan) kayu atau logam.
Alat ini bekerja atas suatu prinsip bahwa dalam pernapasan ada oksigen yang digunakan oleh organisme dan ada karbon dioksida yang dikeluarkan olehnya. Jika organisme yang bernapas itu disimpan dalam ruang tertutup dan karbon dioksida yang dikeluarkan oleh organisme dalam ruang tertutup itu diikat, maka penyusutan udara akan terjadi. Kecepatan penyusutan udara dalam ruang itu dapat dicatat (diamati) pada pipa kapiler berskala.

4.      Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Respirasi
a.       Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Respirasi
1.      Usia : Semakin tua usia, semakin sedikit rspirasi yang dibutuhkan. Hal ini disebabkan oleh penurunan regenerasi sel sehingga respirasi yang dibutuhkan pun sedikit
2.      Berat Badan: Organisme yang berat badannya lebih berat, lebih banyak respirasi yang dibutuhkan karena jumlah sel yang dimiliki lebih banyak dibanding organisme yang lebih ringan berat tubuhnya.
3.      Jenis Kelamin: Betina lebih banyak melakukan respirasi karena betina memiliki sistem hormonal yang lebih kompleks dibanding jantan.
4.      Suhu: Semakin tinggi suhunya, semakin banyak respirasi yang dibutuhkan karena H2O yang dihasilkan oleh respirasi berguna untuk menyesuaikan tubuh dengan menurunkan suhu.
5.      Aktivitas: Semakin banyak aktivitas, semakin banyak respirasi yang dibutuhkan. Hal ini disebabkan akibat banyaknya energi yang dibutuhkan.
6.      Emosi: Semakin tinggi emosi, semakin banyak respirasi yang dilakukan karena adanya hormon-hormon tertentu yang memengaruhi metabolisme sehingga respirasi lebih cepat.
b.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Respirasi Pada Serangga
1.      Berat tubuh. Semakin berat tubuh suatu organisme, semakin banyak oksigen yang dibutuhkan dan semakin cepat proses respirasinya.
2.      Ukuran tubuh, Semakin besar ukuran tubuh, semakin banyak keperluan oksigennya.
3.      Kadar O2, Bila kadar oksigen rendah maka frekuensi respirasi akan meningkat sebagai kompensasi untuk meningkatkan pengambilan oksigen
4.      Aktivitas, Makhluk hidup yang melakukan aktivitas memerlukan energi. Jadi semakin tinggi aktivitasnya, semakin banyak kebutuhan energinya, sehingga pernapasannya semakin cepat.
C.    Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 (jangkrik betina 0,7 gram)




Pergerakan
Skala (ml)
5’ ke-1
0,54 ml
5’ ke- 2
0,25 ml
5’ ke-3
0,19 ml
0,33 ml
  

Perhitungan:
Konsumsi O2 = ....ml/...menit/...gram
0,54 ml + 0,25 ml + 0,19 ml = 0,98 ml
0,98 ml : 3 = 0,326666666 (0,33 ml)
0,33 ml/5 menit/0,7 gram = 0,094 ml
Jadi, konsumsi O2 pada jangkrik betina dengan berat 0,7 gram, dengan menggunakan respirometer sederhana adalah sebesar 0,094 ml/menit/gram.
Tabel 1.2 (jangkrik jantan 0,6 gram)
Pergerakan
Skala (ml)
5’ ke-1
0,65 ml
5’ ke- 2
0,27 ml
5’ ke-3
0,22 ml
0,38 ml

Perhitungan:
Konsumsi O2 = ....ml/...menit/...gram
0,65 ml + 0,27 ml + 0,22 ml = 1,14 ml
1,14 ml : 3 = 0,38 ml
0,38 ml/5 menit/0,6 gram = 0,127 ml
Jadi, konsumsi O2 pada jangkrik jantan dengan berat 0,6 gram, dengan menggunakan respirometer sederhana adalah sebesar 0,127 ml/menit/gram.

Tabel 1.3 (jangkrik betina 0,5 gram)
Pergerakan
Skala (ml)
5’ ke-1
1,01 ml
5’ ke- 2
1,00 ml
5’ ke-3
0,02 ml
0,68 ml

Perhitungan:
Konsumsi O2 = ....ml/...menit/...gram
1,01 ml + 1,00 ml + 0,02 ml = 2,03 ml
2,03 ml : 3 = 0,68 ml
0,68 ml/5 menit/0,5 gram = 0,272 ml
Jadi, konsumsi O2 pada jangkrik betina dengan berat 0,5 gram, dengan menggunakan respirometer sederhana adalah sebesar 0,272 ml/menit/gram.

A.    Pembahasan
Pada pengamatan yang telah kami lakukan, pada tabel 1.1 jangkrik pertama, jangkrik betina dengan berat 0,7 gram menggunakan respirometer sederhana untuk mengetahui konsumsi O2, diketahui sebesar 0,094 ml/menit/gram. Perlakuan yang dilakukan pertama KOH secukupnya dibungkus dengan menggunakan kapas lalu dimasukkan ke dalam ruang pada ujung respirometer, jangkrik dimasukan dan setelah itu di tutup. Tutup dilapisi dengan vaselin untuk mencegah udara luar masuk. Pada ujung pipa berskala diberi methylen blue secukupnya dan dihitung pergerakan methylen blue pada pipa berskala setiap 5 menit sekali. Perhitungan dilakukan sampai 5 menit ketiga. Dan didapatkan hasil konsumsi O2 pada jangkrik sebesar 0,094 ml/menit/gram.
Pada tabel 1.2 jangkrik kedua, jangkrik jantan dengan berat yang tidak jauh berbeda dengan jangkrik betina pada tabel 1.1 0,6 gram. Dilakukan hal yang sama dengan pengamatan jangkrik yang pertama, pada ujung pipa skala di beri methylen blue secukupnya dan dihitung pergerakan methylen blue pada pipa berskala setiap 5 menit sekali sampai 5 menit ketiga. Dan didapatkan hasil konsumsi O2 pada jangkrik jantan sebesar 0,127 ml/menit/gram.
Pada tabel 1.3 jangkrik ketiga, jangkrik betina dengan berat yang lumayan jauh berbeda dengan jangkrik betina pada tabel 1.1 0,5 gram. Pada pengamatan jangkrik yang ketiga Dilakukan pula hal yang sama dengan pengamatan jangkrik yang pertama, pada ujung pipa skala di beri methylen blue secukupnya dan dihitung pergerakan methylen blue pada pipa berskala selama 5 menit sekali sampai 5 menit ketiga. Dan didapatkan hasil konsumsi O2 pada jangkrik betina sebesar 0,272 ml/menit/gram.
Pada tabel 1.1 dan tabel 1.2 dilakukan percobaan dengan jangkrik berbeda jenis kelamin jantan dan betina dengan ukuran yang hampir sama, untuk mengetahui perbedaan konsumsi O2. Normalnya, konsumsi O2 pada betina lebih banyak, karena berat betina lebih besar dibanding jantan, dimana Organisme yang berat badannya lebih berat, lebih banyak respirasi yang dibutuhkan karena jumlah sel yang dimiliki lebih banyak dibanding organisme yang lebih ringan berat tubuhnya. Selain itu juga, betina lebih banyak melakukan respirasi karena betina memiliki sistem hormonal yang lebih kompleks dibanding jantan.
Akan tetapi pada pengamatan ini didapatkan hasil yang tidak sesuai dengan teori dan dengan keadaan yang seharusnya. Hal ini terjadi karena beberapa faktor, dan juga karena jangkrik betina pada saat pengamatan di 5 menit kedua berbalik arah dan membelakangi ruang / lorong pada pipa berskala sampai 5 menit ketiga, dan ini sangat mempengaruhi pada konsumsi O2 yang berlangsung, pergerakan methylen blue pada pipa bergerak sangat lambat sehingga hasil akhir konsumsi O2 jangkrik betina lebih sedikit dibanding konsumsi O2 jangkrik jantan.
Pada tabel 1.3 dilakukan pengamatan dengan jangkrik betina. Untuk mengetahui perbedaan konsumsi O2 pada jangkrik dengan jenis kelamin yang sama akan tetapi ukuran tubuh yang berbeda. Pada tabel 1.3 ini merupakan jangkrik betina dengan berat 0,5 gram dan tabel 1.1 merupakan jangkrik betina dengan berat 0,7 gram. Seperti yang telah dijelaskan di atas, normalnya jangkrik betina pada tabel 1.1 lebih banyak konsumsi O2 nya di banding dengan jangkrik betina pada tabel 1.3, karena dari berat tubuh saja sudah jelas berbeda. Akan tetapi, hasil yang didapatkan justru berbeda dengan keadaan yang seharusnya, hal ini terjadi karena beberapa faktor, baik itu faktor internal ataupun eksternal. Selain itu posisi jangkrik betina pada tabel 1.1 yang berbalik membelakangi ruang / lorong pipa berskala juga sangat berpengaruh, sehingga konsumsi O2 jangkrik betina pada tabel 1.3 lebih besar / lebih banyak di banding dengan jangkrik betina pada tabel 1.1.
B.     KESIMPULAN
Jadi, konsumsi O2 pada jangkrik betina dengan berat 0,7 gram, dengan menggunakan respirometer sederhana adalah sebesar 0,094 ml/menit/gram. Sedangkan konsumsi O2 pada jangkrik jantan dengan berat 0,6 gram, dengan menggunakan respirometer sederhana adalah sebesar 0,127 ml/menit/gram. Dan konsumsi O2 pada jangkrik betina dengan berat 0,5 gram, dengan menggunakan respirometer sederhana adalah sebesar 0,272 ml/menit/gram.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Respirasi
·         Usia : Semakin tua usia, semakin sedikit rspirasi yang dibutuhkan. Hal ini disebabkan oleh penurunan regenerasi sel sehingga respirasi yang dibutuhkan pun sedikit
·         Berat Badan: Organisme yang berat badannya lebih berat, lebih banyak respirasi yang dibutuhkan karena jumlah sel yang dimiliki lebih banyak dibanding organisme yang lebih ringan berat tubuhnya.
·         Jenis Kelamin: Betina lebih banyak melakukan respirasi karena betina memiliki sistem hormonal yang lebih kompleks dibanding jantan.
·         Suhu: Semakin tinggi suhunya, semakin banyak respirasi yang dibutuhkan karena H2O yang dihasilkan oleh respirasi berguna untuk menyesuaikan tubuh dengan menurunkan suhu.
·         Aktivitas: Semakin banyak aktivitas, semakin banyak respirasi yang dibutuhkan. Hal ini disebabkan akibat banyaknya energi yang dibutuhkan.
·         Emosi: Semakin tinggi emosi, semakin banyak respirasi yang dilakukan karena adanya hormon-hormon tertentu yang memengaruhi metabolisme sehingga respirasi lebih cepat.
·         Berat tubuh. Semakin berat tubuh suatu organisme, semakin banyak oksigen yang dibutuhkan dan semakin cepat proses respirasinya.
·         Ukuran tubuh, Semakin besar ukuran tubuh, semakin banyak keperluan oksigennya.
·         Kadar O2, Bila kadar oksigen rendah maka frekuensi respirasi akan meningkat sebagai kompensasi untuk meningkatkan pengambilan oksigen
·         Aktivitas, Makhluk hidup yang melakukan aktivitas memerlukan energi. Jadi semakin tinggi aktivitasnya, semakin banyak kebutuhan energinya, sehingga pernapasannya semakin cepat.


DAFTAR PUSTAKA
http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2016/07/pengertian-respirasi-pernapasan.html?m=1
http://catatanguru-biologi.blogspot.co.id/2015/01/respirometer.html

                                                                    LAMPIRAN
















Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROSES OKSIDASI DAN PROSES RESPIRASI ( Fermentasi Ragi )

Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Observasi Pembuluh Darah Kapiler Pada Kecebong Dan Uji Golongan Darah