PROSES OKSIDASI DAN PROSES RESPIRASI ( Fermentasi Ragi )



LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
PROSES OKSIDASI DAN PROSES RESPIRASI
( Fermentasi Ragi )
Laporan ini di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas praktikum Fisiologi Hewan oleh Dosen Pembimbing: Ibu Siti Nurkamillah, M.Pd
Disusun Oleh:
Nina Novianti                         (15541002)
Ajeng Nurpadilah                   (15541007)
Rida Mardiani                         (15542008)
Iis Siti Maspupah                    (15542016)
Yogi Muh. Darda                    (15542018)
Imelda Febriyanti                    (15542033)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
GARUT
2017


PROSES OKSIDASI DAN PROSES RESPIRASI
( Fermentasi Ragi )
A.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui proses respirasi sel
2.      Untuk memahami proses respirasi anaerobik (Fermentasi)
3.      Untuk menentukan jenis respirasi pada suatu sel makhluk hidup
4.      Memahami proses oksidasi dalam masa respirasi

B.     Alat Dan Bahan
Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam percobaan
      1.       
Labu Ukur
8.
Penjepit
      2.       
Tabung Reaksi
9.
Spatula
       3.       
Gelas Kimia
10.
Termometer
      4.       
Corong
11.
Pipet Tetes
      5.       
Rak Tabung Reaksi
12.
Kertas Label
      6.       
Pembakar Spirtus
13.
Baki
      7.       

Kaki Tiga
14.

Kapas
  



Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
1.       
Ragi
4. 
Metilen Blue
       2.       

Glukosa 10%
5.

Aquades


A.    Langkah Kerja
1.      Emberi tanda/label pada masing masing tabung dengan huruf A, B, C, dan D
2.      5 cc larutan gist yang telah dibuat kemudian dididihkan dengan Bunsen
3.      Masing-masing 1 cc larutan gist yang telah dididihkan tersebut dimasukkan kedalam tabung A dan B
4.      Kemudian 5 cc larutan gist yang masih dingn diambil lalu dimasukkan masing masing 1 cc kedalam tabung C dan D
5.      1 cc larutan glukosa 10 % dan 1 cc metylen blue ditambahkan kedalam setiap tabung diatas
6.      Encerkan semua tabung tersebut dengan aquades sebangak 5 cc keudian sumbat dengan ibu jari serta kocok masing-masing tabung tersebut.
7.      Tabung B dan D dibirkan terbuka sedngkan tabung A dan C tutup dengan kapas
8.      Semua tabung reaksi tersebut dimasukkan kedalam penangas air dengan suhu 35-40 derajat.
9.      Dilakukan pengamatan perubahan warna yang terjadi selang 10 menit Selma 40 menit

B.     Landasan Teori
1.      Ragi
Pengertian ragi atau fermentasi merupakan zat yang menyebabkan fermentasi.Ragi biasanya mengandung mikroorganisme yang melakukan fermentasi dan media biakan bagi mikroorganisme tersebut. Media biakan ini dapat berbentuk  butiran-butiran kecil atau cairan nutrien. Ragi umumnya digunakan dalam industri makanan untuk membuat makanan dan minuman hasil fermentasi seperti acar, tempe, roti, dan bir.
Mikroorganisme yang digunakan di dalam ragi umumnya terdiri atas berbagai bakteri dan fungi (khamir dan kapang),yaitu rhizopus, Aspergillus,Mucor, Amylomyces, Endomycopcis, Saccharomyces, Hansenula anomala, Lactobacillus, Acetobacter,dsb.
a.       Fungsi ragi :
·         Mengembangkan adonan melalui perubahan Gula menjadi gas karbondioksida (CO2).
·         Memberikan aroma dan rasa enak pada roti selama fermentasi.
·         Ragi akan bekerja bila di tambahkan dengan gula dan kondisi suhu yang hangat. Kandungan karbondioksida yang di hasilkan akan membuat satu adonan menjadi mengembang dan terbentuk pori-pori.
b.      Kandungan ragi
Jumlah kandungan Energi ragi= 136 kkal. Jumlah kandungan Protein ragi = 43 gr. Jumlah kandungan Lemak Ragi = 2,4 gr. Jumlah kandungan Karbohidrat Ragi =3 gr. Jumlah kandungan Kalsium Ragi =140 mg. Jumlah kandungan Fosfor ragi = 1900 mg. Jumlah kandungan Zat Besi Ragi = 20 mg. Jumlah kandungan Vitamin Ragi = O IU. Jumlah kandungan Vitamin B1 Ragi = O mg. Jumlah kandungan Vitamin C Ragi = O mg
c.       Tujuan ragi difermentasi
·         Fermentasi Asam Asetat Bakteri Acetobacter aceti yang mula pertama di ketahui sebagai enghasil asam asetat dan merupakan jasad kontaminan pada pembuatan wine. Saat ini bakeri Acetobacter aceti digunakan pada produksi asam asetat karena kemampuannya mengoksidasi alkohol.menjadi asam asetat.
·         Fermentasi Asam Sitrat
Asam sitrat dihasilkan melalui fermentasi menggunakan jamur Aspergillus ssssssssssniger.Meskipun beberapa bakteri mampu melakukan, namun yang paling umum digunakan adalah jamur ini. Pada kondisi aerob jamur ini mengubah gula atau pati menjadi asam sitrat melalui pengubahan pada TCA.
·         Untuk mengubah piruvat menjadi etanol dan CO2.
2.      Glukosa
Glukosa adalah karbohidrat yang tidak dihidrolisis atau diuraikan menjadi sakarida lain yang lebih sederhana.Glukosa juga merupakan bentuk karbohidrat yang beredar di dalam tubuh dan di dalam sel merupakan sumber energi. Glukosa terdapat dalam buah-buahan dan madu lebah serta dalam darah manusia.
Glukosa (C6H12O6berat molekul 180.18) adalah heksosa—monosakarida yang mengandung enam atom karbon. Glukosa merupakan aldehida (mengandung gugus -CHO). Lima karbon dan satu oksigennya membentuk cincin yang disebut "cincin piranosa", bentuk paling stabil untuk aldosa berkabon enam. Dalam cincin ini, tiap karbon terikat pada gugus samping hidroksil dan hidrogen kecuali atom kelimanya, yang terikat pada atom karbon keenam di luar cincin, membentuk suatu gugus CH2OH. Struktur cincin ini berada dalam kesetimbangan dengan bentuk yang lebih reaktif, yang proporsinya 0.0026% pada pH 7.

3.      Fermentasi
a.       Fermentasi
            Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal.
Fermentasi dalam pemrosesan bahan pangan adalah pengubahan karbohidrat menjadi alkohol dan karbondioksida atau asam amino organik menggunakan ragi, bakteri, fungi atau kombinasi dari ketiganya di bawah kondisi anaerobik. Perilaku mikroorganisme terhadap makanan dapat menghasilkan dampak positif maupun negatif, dan fermentasi makanan biasanya mengacu pada dampak positifnya. Sains yang mempelajari fermentasi disebut dengan zimologi.

b.      Faktor yang mempengaruhi fermentasi 
·         Ketersediaan sumber-sumber karbon dan nitrogen yang akan digunakan oleh mikroorganisme tersebut untuk tumbuh dan berkembang biak
·         Ketersediaan zat gizi khusus yang merupakan persyaratan karakteristik bagi mikroorganisme tertentu untuk tumbuh dengan baik
·          Nilai pH produk pangan
·         Suhu inkubasi
·         Kadar air
·         Ada/tidaknya kompetisi dengan mikroorganisme lainnya
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fermentasi
Faktor-faktor  yang mempengaruhi  proses fermentasi untuk menghasilkan etanol adalah: sumber karbon, gas karbondioksida, pH substrat, nutrien, temperatur, dan oksigen.
Untuk pertumbuhannya, yeast memerlukan energi yang berasal dari karbon. Gula adalah substrat yang lebih disukai. Oleh karenanya konsentrasi gula sangat mempengaruhi kuantitas alkohol yang dihasilkan.
Kandungan gas karbondioksida sebesar 15 gram per liter (kira-kira 7,2atm) akan menyebabkan terhentinya pertumbuhan yeast, tetapi tidak menghentikan fermentasi alkohol. Pada tekanan lebih besar dari 30 atm, fermentasi alcohol baru terhenti sama sekali.
1.      pH
PH dari media sangat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. Setiap mikroorganisme mempunyai pH minimal, maksimal, dan optimal untuk pertumbuhannya. Untuk yeast, pH optimal untuk pertumbuhannya ialah berkisar antara 4,0sampai 4,5. Pada pH 3,0 atau lebih rendah lagi fermentasi alcohol akan berjalan dengan lambat 
2.  Nutrien
Dalam pertumbuhannya mikroba memerlukan nutrient.Nutrien yang dibutuhkan digolongkan menjadi dua yaitu nutrient makro dan nutrient mikro. Nutrien makro meliputi unsur C, N, P, K. Unsur C didapat dari substrat  yang mengandung karbohidrat, unsur N didapat dari penambahan urea, sedang unsur P dan K dari pupuk NPK. Unsur mikro meliputi vitamin dan mineral-mineral lain yang disebut trace element seperti Ca, Mg, Na, S, Cl, Fe, Mn, Cu, Co, Bo, Zn, Mo, dan Al.
3. Temperatur
Mikroorganisme mempunyai temperature maksimal, optimal, dan minimal untuk pertumbuhannya. Temperatur optimal untuk yeast berkisarantara 25-30ºC dan temperature maksimal antara 35-47ºC. Beberapa jenis yeast dapat hidup pada suhu 0ºC. Temperatur selama fermentasi perlu mendapatkan perhatian, karena di samping temperature mempunyai efek yang langsung terhadap pertumbuhan yeast juga mempengaruhi komposisi produk akhir. Pada temperature yang terlalu tinggi akan menonaktifkan yeast. Pada temperature yang terlalu rendah yeast akan menjadi tidak aktif.
4.      Respirasi
a.       Pengertian Aerob
Istilah aerobik  yang digunakan dalam proses penanganan secara biologis berarti proses di mana terdapat oksigen terlarut (memerlukan oksigen). Oksidasi bahan organik menggunakan molekul oksigen sebagai aseptor elektron terakhir adalah proses utama yang menghasilkan energi kimia untuk mikroorganisme. Mikroba yang menggunakan oksigen sebagai aseptor elektron terakhir adalah mikroorganisme aerobik,
b.      Pengertian Anaerob
Istilah anaerobik  yang digunakan dalam proses penanganan secara biologis berarti proses di mana tidak terdapat oksigen terlarut. Oksidasi bahan organik menggunakan molekul tanpa oksigen sebagai aseptor elektron terakhir adalah proses utama yang menghasilkan energi kimia untuk mikroorganisme. Mikroba yang menggunakan oksigen sebagai aseptor elektron terakhir adalah mikroorganisme anaerobic.
c.       Faktor suhu dalam fermentasi
Suhu fermentasi sangat menentukan macam mikroba yang dominan selama fermentasi. Tiap-tiap mikroorganisme memiliki suhu pertumbuhan yang maksimal, suhu pertumbuhan minimal, dan suhu optimal yaitu suhu yang memberikan terbaik dan perbanyakan diri tercepat.

5.      Fermentasi anaerob fakultatif
Bakteri yang dapat hidup  tanpa kebutuhan oksigen secara mutlak atau dapat hidup tanpa adanya  oksigen, bakteri itu disebut bakteri anaerob fakultatif.
Jadi fermentasi anaerob fakultatif adalah proses fermentasi yang melibatkan bakteri anerob fakultatif. Organisme yang berperan yaitu Saccharomyces cerevisiae (ragi) yang berfungsi untuk membantu proses pembuatan tape, roti atau minuman keras. Dengan cara menggunakan Beberapa jasad renik dalam ragi, glukosa dioksidasi menghasilkan etanol dan CO2 dalam proses yang disebut fermentasi alkohol. Jalur metabolisme proses ini sama dengan glikolisis sampai dengan terbentuknya piruvat. Dua tahap reaksi enzim berikutnya adalah reaksi perubahan asam piruvat menjadi asetaldehida, dan reaksi reduksi asetaldehida menjadi alkohol. Dalam reaksi pertama piruvat didekarboksilasi diubah menjadi asetaldehida dan CO2  oleh piruvat dekarboksilase, suatu enzim yang tidak terdapat dalam hewan. Reaksi dekarboksilase ini merupakan reaksi yang tak reversible, membutuhkan ion Mg2+ dan koenzim tiamin pirofosfat. Reksi berlangsung melalui beberapa senyawa antara yang terikat secara kovalen pada koenzim. Dalam reaksi terakhir, asetaldehida direduksi oleh NADH dengan enzim alkohol dehidrogenase, menghasilkan etanol. Dengan demikian etanol dan CO2 merupakan hasil akhir fermentasi alkohol, dan jumlah energi yang dihasilkan sama dengan glikolisis anaerob, yaitu 2 ATP. 
Salah satu contoh fermentasi yaitu dengan menggunakan ragi dalam proses pemecahan karbohidrat. Ragi atau Saccharomyces cerevisiae dapat memproduksi etanol dengan konsentrasi sebesar 18% dari cairan fermentasi. Ragi dapat dapat berbiak, baik dalam gula sederhana seperti glokosa maupun guka disakarida, yaitu sukrosa.
Mekanisme Reaksi Fermentasi Anaerob
1)            Acid forming bacteria menguraikan senyawa glukosa menjadi
a.       C6H12O6 + 2H2O               2CH3COOH + 2CO2 + 4H2
                                                                         (Asam asetat)
b.      C6H12O6                CH3CH2CH2COOH + 2CO2 + 2H2
(asam butirat)

c.       C6H12O6 + 2H        2CH3CH2COOH + 2H2O
                                                 (asam propionat)
2)            Acetogenic bacteria menguraikan asam propionat dan asam butirat menjadi :

a.       CH3CH2COOH                  CH3COOH + CO2 + 3H2
                                                            (asam asetat)

b.      CH3CH2CH2COOH                      2CH3COOH + 2H2
                                                             (asam asetat)
3)            Acetoclastic methane menguraikan asam asetat menjadi :

a.       CH3COOH              CH4 + CO2
                                                            (metana)

4)            Methane bacteria mensintesa hidrogen dan karbondioksida menjadi :

a.       2H2 + CO2                   CH4 + 2H2O
                                                 (metana)
Di dalam proses fermentasi anaerob untuk membentuk metana, terjadi suatu kehidupan simbiose. Semakin banyak simbiose, semakin baik daya dukungnya terhadap lingkungan kehidupan dari bakteri metana. Tahapan proses fermentasi yaitu fase hidrolisa, fase asam dan fase metana berlangsung terus secara berantai sampai pada suatu keadaan dimana tidak ada lagi bahan organik yang dapat dihidrolisa.
6.      Larutan benedict
Larutan Benedict ditemukan oleh ahli kimia Amerika, Stanley Rossiter Benedict. Larutan Benedict digunakan untuk menguji keberadaan gula pereduksi dalam suatu sampel. Prinsip pengujiannya sama dengan uji menggunakan larutan Fehling. Gula pereduksi yang dapat diuji berupa monosakarida, disakarida kecuali sukrosa. Larutan Benedict akan menguji keberadaan gugus aldehida dan keton pada gula aldosa dan ketosa. Larutan Benedict mengandung sodium sitrat, natrium karbonat anhidrat, dan tembaga sulfit 7H2O, dan semua garam tersebut dilarutkan dalam air.
Benedict hanya terdapat natrium karbonat sehingga tidak terlalu basa. Hasil positif yang ditunjukkan dari uji ini adalah terbentukan endapan berwarna merah bata yang tidak larut. Endapan merah bata diakibatkan reaksi dari ion logam tembaga(II) direduksi menjadi tembaga (I). Uji gula reduksi menggunakan larutan Benedict sangat sensitif hingga dapat mendeteksi kadar glukosa sebesar 0.1% dalam campuran, sehingga sangat sering digunakan untuk sampel urin dan darah.
Uji benedict atau tes benedict digunakan untuk menunjukkan adanya monosakarida dan gula pereduksi. Tembaga sulfat dalam reagen benedict akan bereaksi dengan monosakarida dan gula pereduksi membentuk endapan berwarna merah bata. Monosakarida dan gula pereduksi dapat bereaksi dengan reagen benedict karena keduanya mengandung aldehida ataupun keton bebas.

C.    Hasil Penelitian
Tabel Hasil Pengamatan Perubahan Warna Larutan Percobaan

Tabung
Warna
Sebelum
Sesudah
10’ ke-0
10’ ke-1
10’ ke-2
10’ ke-3
10’ke-4
A
Biru (++++)
Biru (+++)
Biru (++)
Biru (+)
Biru
B
Biru (++++)
Biru (+++)
Biru (++)
Biru (+)
Biru
C
Biru (++++)
Biru (-)
Biru (--)
Biru (---)
Biru (----)
D
Biru (++++)
Biru (-)
Biru (--)
Biru (---)
Biru (----)

D.    Pembahasan

a.       10’ ke-0
 




Ketika pertama kali tabung reaksi A, B, C dan D di masukan ke dalam gelas kimia pada suhu 380c – 400c, tabung reaksi D langsung melakukan reaksi yaitu terjadi aktivitas gelembung. Beberapa saat kemudian tabung reaksi C juga sama melakukan reaksi dengan melakukan aktivitas gelembung mengikuti reaksi yang terjadi pada tabung reaksi D.

Tabung reaksi C dan D terdapat endapan dari awal sebelum dipanaskan ke dalam gelas kimia. Sedangkan tabung reaksi A dan B terdapat endapan setelah kurang lebih 3 menit waktu pemanasan.

         Pada tabung reaksi C dan D, selain aktivitas gelembung, terjadi juga aktivitas letupan dari endapan. Semakin tinggi suhu (400c) semakin tinggi aktivitas letupan, dan semakin rendah suhu diantara 360c – 380c aktivitas letupan tetap terjadi namun tidak sebesar letupan pada suhu 400c.

Dan pada waktu pemanasan 5 menit pertama, tabung reaksi A, B, C dan D sudah menunjukan sedikit perubahan, dimana warna biru (++++) sudah mulai sedikit memudar.

a.       10’ ke-1


Pada 10’ ke-1, tabung reaksi A dan B tidak terlalu menunjukkan perubahan yang besar, warna larutan tetap biru terang hanya saja warna sedikit sekali memudar pada tabung A dan B menjadi ( Biru +++). Pada tabung A dan B tanpa terjadi reaksi / aktivitas letupan dan gelembung.
Pada tabung reaksi C dan D, saat 10’ pertama larutan menunjukkan perubahan yang cukup besar, yaitu memudarnya warna biru menjadi biru pudar ( Biru -). Dan aktivitas letupan dan gelembung terus berlangsung (aktivitas gelembung pada tabung reaksi D lebih cepat dibanding aktivitas gelembung pada tabung reaksi C).
a.       10’ ke-2


Pada 10’ ke-2, tabung reaksi A dan B kembali menunjukkan perubahan yang tidak terlalu besar, larutan tetap berwarna biru terang, hanya saja warna biru bertambah memudar dari warna pada saat 10’ pertama menjadi (Biru ++).
Tabung reaksi C dan D, pada 10’ kedua kembali menunjukan perubahan yang cukup besar dan cepat. Perubahan warna pada larutan semakin memudar menjadi (Biru --). Aktivitas letupan dan gelembung tetap terjadi, aktivitas gelembung pada tabung reaksi C dan D sama cepat.
a.       10’ ke-3

Pada 10’ ke-3, tabung reaksi A dan B tetap terjadi perubahan meskipun tidak menunjukan perubahan yang besar. Larutan dengan Warna biru terang tetap mengalami perubahan (memudar) meskipun sedikit demi sedikit, menjadi (Biru +).
Pada tabung reaksi C dan D, pada 10’ ketiga, larutan terus mengalami perubahan yang besar dan cepat sehingga warna biru pada larutan menjadi sangat pudar (Biru ---), dan aktivitas letupan dan gelembung terus terjadi.
a.       10’ ke-4

Pada 10’ ke-4, tabung reaksi A dan B tetap terjadi perubahan meskipun tidak menunjukan perubahan yang signifikan seperti perubahan pada tabung reaksi C dan D dari awal pemanasan bahkan sampai pada waktu 10’ ketiga diatas. Warna biru pada larutan sedikit bertambah lagi memudar, warna larutan tidak terlalu terang tetapi tidak terlalu pudar juga, warna biru pada larutan stabil (Biru).
Sedangkan pada tabung reaksi C dan D, pada 10’ keempat, larutan mengalami perubahan yang sangat signifikan dari pertama pemanasan sampai pemanasan terakhir. Pada 10’ keempat ini, warna biru pada larutan sangat pudar sekali sehingga mendekati warna bening. Dan aktivitas gelembung dan letupan pun terus terjadi dari pertama pemanasan sampai akhir pemanasan.

Penjelasan: 
endapan pada tabung A, B, C dan D merupakan perwujudan dari ragi, baik ragi yang di panaskan terlebih dahulu ataupun ragi yang tidak dipanaskan. aktivitas gelembung pada tabung reaksi C dan D merupakan reaksi dan perubahan gula (glukosa) menjadi karbondioksida (CO2), dan ini merupakan proses respirasi.
pemanasan yang dilakukan pada gelas kimia, dan penambahan larutan glukosa pada fermentasi ragi dilakukan sebab ragi akan bekerja bila ditambahkan dengan larutan glukosa dan dalam kondisi suhu yang hangat.


Suhu fermentasi sangat menentukan macam mikroba yang dominan selama fermentasi. Tiap-tiap mikroorganisme memiliki suhu pertumbuhan yang maksimal, suhu pertumbuhan minimal, dan suhu optimal yaitu suhu yang memberikan terbaik dan perbanyakan diri tercepat.

benedict biasanya digunakan untuk menunjukkan adanya gula pereduksi pada suatu larutan. pada percobaan ini, benedict bertujuan untuk menunjukkan adanya gugus aldehida dan keton. selain itu, benedict juga memberi indikator warna pada larutan.
Perbedaan kecepatan perubahan warna pada keempat tabung terjadi karena jumlah bakteri (Saccaromyces) yang melakukan respirasi berbeda-beda. Adanya perbedaan jumlah bakteri dikarenakan perbedaan perlakuan pada masing-masing tabung yaitu pada tabung A dan B, larutan gist atau ragi didihkan terlebih dahulu, sehingga memungkinkan kandungan organisme yang ada dalam larutan mati atau berkurang akibatnya didalam tabung tidak terdapat aktivitas respirasi yang mengakibatkan air yang ada didalam tabung menjadi keruh. Hal inilah yang menyebabkan tabung A dan B mengalami perlambatan dalam perubahan warna. Sedangkan pada tabung C dan D larutan gist/ragi tidak dipanaskan sehingga warnanya cepat berubah karena organisme-organisme masih hidup dan melakukan respirasi, akibatnya larutan didalam tabung menjadi berwarna lebih jernih dibandingkan warna awal

ragi atau fermentasi merupakan zat yang menyebabkan fermentasi. Ragi biasanya mengandung mikroorganisme yang melakukan fermentasi dan media biakan bagi mikroorganisme tersebut. Media biakan ini dapat berbentuk  butiran-butiran kecil atau cairan nutrien.
Mikroorganisme yang digunakan di dalam ragi umumnya terdiri atas berbagai bakteri dan fungi.
Fermentasi merupakan proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal. faktor-faktor yang mempengaruhi fermentasi:
·         Ketersediaan sumber-sumber karbon dan nitrogen yang akan digunakan oleh mikroorganisme tersebut untuk tumbuh dan berkembang biak
·         Ketersediaan zat gizi khusus yang merupakan persyaratan karakteristik bagi mikroorganisme tertentu untuk tumbuh dengan baik
·          Nilai pH produk pangan
·         Suhu inkubasi
·         Kadar air
·         Ada/tidaknya kompetisi dengan mikroorganisme lainnya
Untuk pertumbuhannya, yeast memerlukan energi yang berasal dari karbon. Gula adalah substrat yang lebih disukai. Oleh karenanya konsentrasi gula sangat mempengaruhi kuantitas alkohol yang dihasilkan.
Mikroorganisme mempunyai temperature maksimal, optimal, dan minimal untuk pertumbuhannya. Temperatur optimal untuk yeast berkisarantara 25-30ºC dan temperature maksimal antara 35-47ºC. Beberapa jenis yeast dapat hidup pada suhu 0ºC. Temperatur selama fermentasi perlu mendapatkan perhatian, karena di samping temperature mempunyai efek yang langsung terhadap pertumbuhan yeast juga mempengaruhi komposisi produk akhir. Pada temperature yang terlalu tinggi akan menonaktifkan yeast. Pada temperature yang terlalu rendah yeast akan menjadi tidak aktif.
A.    Kesimpulan
Jadi, dari percobaan dan pengamatan pada ragi diatas dapat disimpulkan bahwa fermentasi ragi termasuk Fermentasi Anaerob Fakultatif.

Bakteri yang dapat hidup  tanpa kebutuhan oksigen secara mutlak atau dapat hidup tanpa adanya  oksigen, bakteri itu disebut bakteri anaerob fakultatif.
Jadi fermentasi anaerob fakultatif adalah proses fermentasi yang melibatkan bakteri anerob fakultatif. Organisme yang berperan yaitu
Respirasi sel merupakan suatu proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa organik menjadi CO2, H2O dan energi yang berlanggsung di dalam mitokondria. Respirasi berdasarkan ketersedian oksigen terdapat dua jenis yaitu respirasi aerob dan respirasi anaerob. Respirasi aerob dapat berlangsung apabila ketersediaan oksigen cukup banyak sedangkan respirasi anaerob dapat berlangsung tanpa adanya oksigen sehingga proses yang berlangsung cukup lama. Sedangkan proses oksidasi merupakan proses peristiwa kehilangan elektron atau kehilangan hydrogen yang terjadi pada saat respirasi berlangsung. jika dilihat dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, proses respirasi secara aerob terjadi pada tabung A dan C sedangkan yang melakukan proses respirasi secara anaerob terdapat pada tabung B dan D. Proses yang terjadi pada setiap tabung mengalami perubahan yang berbeda-beda karena di pengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, ketersediaan oksigen dan PH lingkungan.

B.     Daftar Pustaka
 





A.    Lampiran

Jawaban Pertanyaan

1.      Apakah yang dimaksud dengan respirasi sel ?

Jawab :
Respirasi adalah suatu proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa organik menjadi CO2, H2O dan energi. Namun demikian respirasi pada hakikatnya adalah reaksi redoks, dimana substrat dioksidasi menjadi CO2 sedangkan O2 yang diserap sebagai oksidator mengalami reduksi menjadi H2O. Yang disebut substrat respirasi adalah setiap senyawa organik yang dioksidasikan dalam respirasi, atau senyawa-senyawa yang terdapat dalam sel tumbuhan yang secara relatif banyak jumlahnya dan biasanya direspirasikan menjadi CO2 dan air. Sedangkan metabolit respirasi adalah intermediat-intermediat yang terbentuk dalam reaksi-reaksi respirasi.
2.       Apakah yang dimaksud dengan oksidasi ?
Jawab :
Reaksi Oksidasi dapat didefinisikan sebagai peristiwa kehilangan elektron atau kehilangan hydrogen, sehingga disebut juga reaksi dehidrogenasi. Bila suatu senyawa dioksidasi maka harus ada senyawa lain yang direduksi, yaitu akan memperoleh elektron atau memperoleh hydrogen.(Sri Widya : 2000).
3.      Apa sebabnya terjadi perbedaan kecepatan perubahan warna antara tabung A, B dengan tabung C dan D ?
Jawab :
Perbedaan kecepatan perubahan warna pada keempat tabung terjadi karena jumlah bakteri (Saccaromyces) yang melakukan respirasi berbeda-beda. Adanya perbedaan jumlah bakteri dikarenakan perbedaan perlakuan pada masing-masing tabung yaitu pada tabung A dan B, larutan gist atau ragi didihkan terlebih dahulu, sehingga memungkinkan kandungan organisme yang ada dalam larutan mati atau berkurang akibatnya didalam tabung tidak terdapat aktivitas respirasi yang mengakibatkan air yang ada didalam tabung menjadi keruh. Hal inilah yang menyebabkan tabung A dan B mengalami perlambatan dalam perubahan warna. Sedangkan pada tabung C dan D larutan gist/ragi tidak dipanaskan sehingga warnanya cepat berubah karena organisme-organisme masih hidup dan melakukan respirasi, akibatnya larutan didalam tabung menjadi berwarna lebih jernih dibandingkan warna awal




Lampiran
larutan ragi saat ditambahakan larutan glukosa dan benedict.

larutan ragi yang telah ditambahkan larutan glukosa dan benedict kemudian diencerkan menggunakan aquadest 5 ml.

10' ke-0 saat larutan pada tabung reaksi dimasukan ke dalam gelas kimia yang telah di panaskan dengan suhu 36 - 40 derajat celcius.

larutan pada saat 10' ke-1

larutan pada saat 10' ke-2

larutan pada saat 10' ke-3

larutan ragi yang telah ditambahkan larutan glukosa dan benedict kemudian diencerkan menggunakan aquadest 5 ml.



larutan pada saat 10' ke-4


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Praktikum Konsumsi Oksigen Pada Jangkrik

Proses Pencernaan Makanan Pada Paramecium sp