PROSES OKSIDASI DAN PROSES RESPIRASI ( Fermentasi Ragi )
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
PROSES OKSIDASI DAN PROSES
RESPIRASI
( Fermentasi Ragi )
Laporan
ini di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas praktikum Fisiologi Hewan oleh
Dosen Pembimbing: Ibu Siti Nurkamillah, M.Pd
Disusun
Oleh:
Nina
Novianti (15541002)
Ajeng
Nurpadilah (15541007)
Rida
Mardiani (15542008)
Iis
Siti Maspupah (15542016)
Yogi
Muh. Darda (15542018)
Imelda
Febriyanti (15542033)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN (STKIP)
GARUT
2017
PROSES OKSIDASI DAN PROSES
RESPIRASI
( Fermentasi Ragi )
A.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui proses respirasi sel
2. Untuk
memahami proses respirasi anaerobik (Fermentasi)
3. Untuk
menentukan jenis respirasi pada suatu sel makhluk hidup
4. Memahami
proses oksidasi dalam masa respirasi
B.
Alat
Dan Bahan
Alat dan
Bahan
Alat
yang digunakan dalam percobaan
|
|
1.
Labu
Ukur
|
8.
Penjepit
|
2.
Tabung Reaksi
|
9.
Spatula
|
3.
Gelas Kimia
|
10.
Termometer
|
4.
Corong
|
11.
Pipet
Tetes
|
5.
Rak Tabung
Reaksi
|
12.
Kertas
Label
|
6.
Pembakar
Spirtus
|
13.
Baki
|
7.
Kaki Tiga
|
14.
Kapas
|
Bahan
yang digunakan dalam percobaan ini adalah
|
|
1.
Ragi
|
4.
Metilen
Blue
|
2.
Glukosa 10%
|
5.
Aquades
|
A.
Langkah
Kerja
1. Emberi tanda/label pada masing
masing tabung dengan huruf A, B, C, dan D
2. 5 cc larutan gist yang telah
dibuat kemudian dididihkan dengan Bunsen
3. Masing-masing 1 cc larutan gist
yang telah dididihkan tersebut dimasukkan kedalam tabung A dan B
4. Kemudian 5 cc larutan gist yang
masih dingn diambil lalu dimasukkan masing masing 1 cc kedalam tabung C dan D
5. 1 cc larutan glukosa 10 % dan 1
cc metylen blue ditambahkan kedalam setiap tabung diatas
6. Encerkan semua tabung tersebut
dengan aquades sebangak 5 cc keudian sumbat dengan ibu jari serta kocok
masing-masing tabung tersebut.
7. Tabung B dan D dibirkan terbuka
sedngkan tabung A dan C tutup dengan kapas
8. Semua tabung reaksi tersebut
dimasukkan kedalam penangas air dengan suhu 35-40 derajat.
9. Dilakukan pengamatan perubahan
warna yang terjadi selang 10 menit Selma 40 menit
B.
Landasan
Teori
1. Ragi
Pengertian
ragi atau fermentasi merupakan zat yang menyebabkan fermentasi.Ragi biasanya
mengandung mikroorganisme yang melakukan fermentasi dan media biakan bagi
mikroorganisme tersebut. Media biakan ini dapat berbentuk butiran-butiran kecil atau cairan nutrien.
Ragi umumnya digunakan dalam industri makanan untuk membuat makanan dan minuman
hasil fermentasi seperti acar, tempe, roti, dan bir.
Mikroorganisme
yang digunakan di dalam ragi umumnya terdiri atas berbagai bakteri dan fungi
(khamir dan kapang),yaitu rhizopus, Aspergillus,Mucor, Amylomyces,
Endomycopcis, Saccharomyces, Hansenula anomala, Lactobacillus, Acetobacter,dsb.
a. Fungsi
ragi :
·
Mengembangkan adonan melalui perubahan
Gula menjadi gas karbondioksida (CO2).
·
Memberikan aroma dan rasa enak pada roti
selama fermentasi.
·
Ragi akan bekerja bila di tambahkan
dengan gula dan kondisi suhu yang hangat. Kandungan karbondioksida yang di
hasilkan akan membuat satu adonan menjadi mengembang dan terbentuk pori-pori.
b. Kandungan
ragi
Jumlah kandungan Energi ragi= 136 kkal. Jumlah
kandungan Protein ragi = 43 gr. Jumlah kandungan Lemak Ragi = 2,4 gr. Jumlah
kandungan Karbohidrat Ragi =3 gr. Jumlah kandungan Kalsium Ragi =140 mg. Jumlah
kandungan Fosfor ragi = 1900 mg. Jumlah kandungan Zat Besi Ragi = 20 mg. Jumlah
kandungan Vitamin Ragi = O IU. Jumlah kandungan Vitamin B1 Ragi = O mg. Jumlah
kandungan Vitamin C Ragi = O mg
c. Tujuan
ragi difermentasi
·
Fermentasi Asam Asetat Bakteri
Acetobacter aceti yang mula pertama di ketahui sebagai enghasil asam asetat dan
merupakan jasad kontaminan pada pembuatan wine. Saat ini bakeri Acetobacter
aceti digunakan pada produksi asam asetat karena kemampuannya mengoksidasi
alkohol.menjadi asam asetat.
·
Fermentasi Asam Sitrat
Asam
sitrat dihasilkan melalui fermentasi menggunakan jamur Aspergillus
ssssssssssniger.Meskipun beberapa bakteri mampu melakukan, namun yang paling
umum digunakan adalah jamur ini. Pada kondisi aerob jamur ini mengubah gula
atau pati menjadi asam sitrat melalui pengubahan pada TCA.
·
Untuk mengubah piruvat menjadi etanol
dan CO2.
2. Glukosa
Glukosa adalah karbohidrat yang tidak dihidrolisis atau
diuraikan menjadi sakarida lain yang lebih sederhana.Glukosa juga merupakan
bentuk karbohidrat yang beredar di dalam tubuh dan di dalam sel merupakan
sumber energi. Glukosa terdapat dalam buah-buahan dan madu lebah serta dalam
darah manusia.
Glukosa (C6H12O6, berat
molekul 180.18) adalah heksosa—monosakarida
yang mengandung enam atom karbon.
Glukosa
merupakan aldehida (mengandung
gugus -CHO). Lima karbon dan satu oksigennya membentuk
cincin yang disebut "cincin piranosa", bentuk paling stabil
untuk aldosa
berkabon enam. Dalam cincin ini, tiap karbon terikat pada gugus samping hidroksil dan
hidrogen kecuali atom kelimanya, yang terikat pada atom karbon keenam di luar
cincin, membentuk suatu gugus CH2OH. Struktur cincin ini berada
dalam kesetimbangan dengan bentuk yang lebih reaktif, yang proporsinya 0.0026%
pada pH 7.
3. Fermentasi
a. Fermentasi
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan
tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi
sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor
elektron eksternal.
Fermentasi dalam pemrosesan bahan pangan adalah pengubahan karbohidrat menjadi alkohol dan karbondioksida atau asam amino organik menggunakan ragi, bakteri, fungi atau
kombinasi dari ketiganya di bawah kondisi anaerobik. Perilaku mikroorganisme
terhadap makanan dapat menghasilkan dampak positif maupun negatif, dan
fermentasi makanan biasanya mengacu pada dampak positifnya. Sains yang
mempelajari fermentasi disebut dengan zimologi.
b. Faktor yang mempengaruhi fermentasi
·
Ketersediaan sumber-sumber karbon dan
nitrogen yang akan digunakan oleh mikroorganisme tersebut untuk tumbuh dan berkembang
biak
·
Ketersediaan zat gizi khusus yang merupakan
persyaratan karakteristik bagi mikroorganisme tertentu untuk tumbuh dengan baik
·
Nilai pH produk pangan
·
Suhu inkubasi
·
Kadar air
·
Ada/tidaknya kompetisi dengan mikroorganisme
lainnya
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fermentasi
Faktor-faktor yang
mempengaruhi proses fermentasi untuk menghasilkan etanol adalah:
sumber karbon, gas karbondioksida, pH substrat, nutrien, temperatur, dan
oksigen.
Untuk pertumbuhannya, yeast memerlukan
energi yang berasal dari karbon. Gula adalah substrat yang lebih disukai. Oleh
karenanya konsentrasi gula sangat mempengaruhi kuantitas alkohol yang
dihasilkan.
Kandungan gas karbondioksida sebesar 15 gram
per liter (kira-kira 7,2atm) akan menyebabkan terhentinya pertumbuhan yeast,
tetapi tidak menghentikan fermentasi alkohol. Pada tekanan lebih besar dari 30
atm, fermentasi alcohol baru terhenti sama sekali.
1. pH
PH dari media sangat mempengaruhi
pertumbuhan mikroorganisme. Setiap mikroorganisme mempunyai pH minimal, maksimal,
dan optimal untuk pertumbuhannya. Untuk yeast, pH optimal untuk pertumbuhannya
ialah berkisar antara 4,0sampai 4,5. Pada pH 3,0 atau lebih rendah lagi
fermentasi alcohol akan berjalan dengan lambat
2.
Nutrien
Dalam pertumbuhannya mikroba memerlukan
nutrient.Nutrien yang dibutuhkan digolongkan menjadi dua yaitu nutrient makro
dan nutrient mikro. Nutrien makro meliputi unsur C, N, P, K. Unsur C didapat
dari substrat yang mengandung karbohidrat, unsur N didapat dari
penambahan urea, sedang unsur P dan K dari pupuk NPK. Unsur mikro meliputi
vitamin dan mineral-mineral lain yang disebut trace element seperti Ca, Mg, Na,
S, Cl, Fe, Mn, Cu, Co, Bo, Zn, Mo, dan Al.
3. Temperatur
Mikroorganisme mempunyai temperature
maksimal, optimal, dan minimal untuk pertumbuhannya. Temperatur optimal untuk
yeast berkisarantara 25-30ºC dan temperature maksimal antara 35-47ºC. Beberapa
jenis yeast dapat hidup pada suhu 0ºC. Temperatur selama fermentasi perlu
mendapatkan perhatian, karena di samping temperature mempunyai efek yang
langsung terhadap pertumbuhan yeast juga mempengaruhi komposisi produk akhir.
Pada temperature yang terlalu tinggi akan menonaktifkan yeast. Pada temperature
yang terlalu rendah yeast akan menjadi tidak aktif.
4. Respirasi
a.
Pengertian Aerob
Istilah
aerobik yang digunakan dalam proses
penanganan secara biologis berarti proses di mana terdapat oksigen terlarut (memerlukan oksigen). Oksidasi bahan organik menggunakan molekul oksigen sebagai aseptor elektron terakhir adalah proses utama yang
menghasilkan energi kimia untuk mikroorganisme. Mikroba yang menggunakan oksigen sebagai
aseptor elektron terakhir adalah mikroorganisme aerobik,
b.
Pengertian Anaerob
Istilah
anaerobik yang digunakan dalam proses
penanganan secara biologis berarti proses di mana tidak terdapat oksigen terlarut. Oksidasi bahan organik menggunakan molekul tanpa oksigen sebagai aseptor elektron terakhir adalah proses utama yang
menghasilkan energi kimia untuk mikroorganisme. Mikroba yang menggunakan oksigen sebagai
aseptor elektron terakhir adalah mikroorganisme anaerobic.
c.
Faktor
suhu dalam fermentasi
Suhu fermentasi
sangat menentukan macam mikroba
yang dominan selama fermentasi. Tiap-tiap mikroorganisme memiliki suhu
pertumbuhan yang maksimal, suhu pertumbuhan minimal, dan suhu optimal yaitu
suhu yang memberikan terbaik dan perbanyakan diri tercepat.
5. Fermentasi
anaerob fakultatif
Bakteri
yang dapat hidup tanpa kebutuhan oksigen
secara mutlak atau dapat hidup tanpa adanya
oksigen, bakteri itu disebut bakteri anaerob fakultatif.
Jadi
fermentasi anaerob fakultatif adalah proses fermentasi yang melibatkan bakteri
anerob fakultatif. Organisme
yang berperan yaitu Saccharomyces cerevisiae (ragi) yang
berfungsi untuk membantu proses pembuatan tape, roti atau minuman
keras. Dengan cara menggunakan Beberapa jasad renik dalam ragi, glukosa
dioksidasi menghasilkan etanol dan CO2 dalam proses yang disebut fermentasi
alkohol. Jalur metabolisme proses ini sama dengan glikolisis sampai dengan
terbentuknya piruvat. Dua tahap reaksi enzim berikutnya adalah reaksi perubahan
asam piruvat menjadi asetaldehida, dan reaksi reduksi asetaldehida menjadi
alkohol. Dalam reaksi pertama piruvat didekarboksilasi diubah menjadi
asetaldehida dan CO2 oleh piruvat
dekarboksilase, suatu enzim yang tidak terdapat dalam hewan. Reaksi
dekarboksilase ini merupakan reaksi yang tak reversible, membutuhkan ion Mg2+
dan koenzim tiamin pirofosfat. Reksi berlangsung melalui beberapa senyawa
antara yang terikat secara kovalen pada koenzim. Dalam reaksi terakhir,
asetaldehida direduksi oleh NADH dengan enzim alkohol dehidrogenase,
menghasilkan etanol. Dengan demikian etanol dan CO2 merupakan hasil akhir
fermentasi alkohol, dan jumlah energi yang dihasilkan sama dengan glikolisis
anaerob, yaitu 2 ATP.
Salah satu contoh fermentasi yaitu dengan menggunakan ragi dalam proses
pemecahan karbohidrat. Ragi atau Saccharomyces cerevisiae dapat memproduksi etanol dengan
konsentrasi sebesar 18% dari cairan fermentasi. Ragi dapat dapat berbiak, baik
dalam gula sederhana seperti glokosa maupun guka disakarida, yaitu sukrosa.
Mekanisme
Reaksi Fermentasi Anaerob
1)
Acid
forming bacteria menguraikan senyawa glukosa menjadi
a. C6H12O6 + 2H2O 2CH3COOH + 2CO2 + 4H2
(Asam asetat)
b. C6H12O6 CH3CH2CH2COOH + 2CO2 + 2H2
(asam
butirat)
c. C6H12O6 + 2H 2CH3CH2COOH + 2H2O
(asam propionat)
2)
Acetogenic
bacteria menguraikan asam propionat dan asam butirat menjadi :
a. CH3CH2COOH CH3COOH + CO2 + 3H2
(asam
asetat)
b. CH3CH2CH2COOH 2CH3COOH + 2H2
(asam asetat)
3)
Acetoclastic
methane menguraikan asam asetat menjadi :
a. CH3COOH CH4 + CO2
(metana)
4)
Methane
bacteria mensintesa hidrogen dan karbondioksida menjadi :
a. 2H2 + CO2 CH4 + 2H2O
(metana)
Di dalam proses fermentasi anaerob
untuk membentuk metana, terjadi suatu kehidupan simbiose. Semakin banyak
simbiose, semakin baik daya dukungnya terhadap lingkungan kehidupan dari
bakteri metana. Tahapan proses fermentasi yaitu fase hidrolisa, fase asam dan
fase metana berlangsung terus secara berantai sampai pada suatu keadaan dimana
tidak ada lagi bahan organik yang dapat dihidrolisa.
6. Larutan
benedict
Larutan Benedict ditemukan oleh ahli kimia Amerika, Stanley
Rossiter Benedict. Larutan Benedict digunakan untuk menguji keberadaan gula
pereduksi dalam suatu sampel. Prinsip pengujiannya sama dengan uji menggunakan
larutan Fehling. Gula pereduksi yang dapat diuji berupa monosakarida,
disakarida kecuali sukrosa. Larutan Benedict akan menguji keberadaan gugus
aldehida dan keton pada gula aldosa dan ketosa. Larutan Benedict mengandung
sodium sitrat, natrium karbonat anhidrat, dan tembaga
sulfit 7H2O, dan semua garam tersebut dilarutkan dalam air.
Benedict hanya terdapat natrium karbonat sehingga tidak
terlalu basa. Hasil positif yang ditunjukkan dari uji ini adalah terbentukan
endapan berwarna merah bata yang tidak larut. Endapan merah bata diakibatkan
reaksi dari ion logam tembaga(II) direduksi menjadi tembaga (I). Uji gula
reduksi menggunakan larutan Benedict sangat sensitif hingga dapat mendeteksi
kadar glukosa sebesar 0.1% dalam campuran, sehingga sangat sering digunakan
untuk sampel urin dan darah.
Uji benedict atau tes benedict digunakan untuk menunjukkan
adanya monosakarida dan gula pereduksi. Tembaga sulfat dalam reagen benedict
akan bereaksi dengan monosakarida dan gula pereduksi membentuk endapan berwarna
merah bata. Monosakarida dan gula pereduksi dapat bereaksi dengan reagen
benedict karena keduanya mengandung aldehida ataupun keton bebas.
C.
Hasil
Penelitian
Tabel
Hasil Pengamatan Perubahan Warna Larutan Percobaan
Tabung
|
Warna
|
||||
Sebelum
|
Sesudah
|
||||
10’
ke-0
|
10’
ke-1
|
10’
ke-2
|
10’
ke-3
|
10’ke-4
|
|
A
|
Biru
(++++)
|
Biru
(+++)
|
Biru
(++)
|
Biru
(+)
|
Biru
|
B
|
Biru
(++++)
|
Biru
(+++)
|
Biru
(++)
|
Biru
(+)
|
Biru
|
C
|
Biru
(++++)
|
Biru
(-)
|
Biru
(--)
|
Biru
(---)
|
Biru
(----)
|
D
|
Biru
(++++)
|
Biru
(-)
|
Biru
(--)
|
Biru
(---)
|
Biru
(----)
|
D.
Pembahasan
a. 10’
ke-0
Ketika
pertama kali tabung reaksi A, B, C dan D di masukan ke dalam gelas kimia pada
suhu 380c – 400c, tabung reaksi D langsung melakukan
reaksi yaitu terjadi aktivitas gelembung. Beberapa saat kemudian tabung reaksi
C juga sama melakukan reaksi dengan melakukan aktivitas gelembung mengikuti
reaksi yang terjadi pada tabung reaksi D.
Tabung
reaksi C dan D terdapat endapan dari awal sebelum dipanaskan ke dalam gelas
kimia. Sedangkan tabung reaksi A dan B terdapat endapan setelah kurang lebih 3
menit waktu pemanasan.
Pada tabung reaksi C
dan D, selain aktivitas gelembung, terjadi juga aktivitas letupan dari endapan.
Semakin tinggi suhu (400c) semakin tinggi aktivitas letupan, dan
semakin rendah suhu diantara 360c – 380c aktivitas
letupan tetap terjadi namun tidak sebesar letupan pada suhu 400c.
Dan
pada waktu pemanasan 5 menit pertama, tabung reaksi A, B, C dan D sudah
menunjukan sedikit perubahan, dimana warna biru (++++) sudah mulai sedikit
memudar.
a. 10’
ke-1
Pada
10’ ke-1, tabung reaksi A dan B tidak terlalu menunjukkan perubahan yang besar,
warna larutan tetap biru terang hanya saja warna sedikit sekali memudar pada
tabung A dan B menjadi ( Biru +++). Pada tabung A dan B tanpa terjadi reaksi /
aktivitas letupan dan gelembung.
Pada
tabung reaksi C dan D, saat 10’ pertama larutan menunjukkan perubahan yang
cukup besar, yaitu memudarnya warna biru menjadi biru pudar ( Biru -). Dan
aktivitas letupan dan gelembung terus berlangsung (aktivitas gelembung pada
tabung reaksi D lebih cepat dibanding aktivitas gelembung pada tabung reaksi
C).
a. 10’
ke-2
Pada
10’ ke-2, tabung reaksi A dan B kembali menunjukkan perubahan yang tidak
terlalu besar, larutan tetap berwarna biru terang, hanya saja warna biru
bertambah memudar dari warna pada saat 10’ pertama menjadi (Biru ++).
Tabung
reaksi C dan D, pada 10’ kedua kembali menunjukan perubahan yang cukup besar
dan cepat. Perubahan warna pada larutan semakin memudar menjadi (Biru --).
Aktivitas letupan dan gelembung tetap terjadi, aktivitas gelembung pada tabung
reaksi C dan D sama cepat.
a. 10’
ke-3
Pada
10’ ke-3, tabung reaksi A dan B tetap terjadi perubahan meskipun tidak
menunjukan perubahan yang besar. Larutan dengan Warna biru terang tetap
mengalami perubahan (memudar) meskipun sedikit demi sedikit, menjadi (Biru +).
Pada
tabung reaksi C dan D, pada 10’ ketiga, larutan terus mengalami perubahan yang
besar dan cepat sehingga warna biru pada larutan menjadi sangat pudar (Biru
---), dan aktivitas letupan dan gelembung terus terjadi.
Pada
10’ ke-4, tabung reaksi A dan B tetap terjadi perubahan meskipun tidak
menunjukan perubahan yang signifikan seperti perubahan pada tabung reaksi C dan
D dari awal pemanasan bahkan sampai pada waktu 10’ ketiga diatas. Warna biru
pada larutan sedikit bertambah lagi memudar, warna larutan tidak terlalu terang
tetapi tidak terlalu pudar juga, warna biru pada larutan stabil (Biru).
Sedangkan
pada tabung reaksi C dan D, pada 10’ keempat, larutan mengalami perubahan yang
sangat signifikan dari pertama pemanasan sampai pemanasan terakhir. Pada 10’
keempat ini, warna biru pada larutan sangat pudar sekali sehingga mendekati
warna bening. Dan aktivitas gelembung dan letupan pun terus terjadi dari
pertama pemanasan sampai akhir pemanasan.
Penjelasan:
endapan pada tabung A, B, C dan D merupakan perwujudan dari ragi, baik ragi yang di panaskan terlebih dahulu ataupun ragi yang tidak dipanaskan. aktivitas gelembung pada tabung reaksi C dan D merupakan reaksi dan perubahan gula (glukosa) menjadi karbondioksida (CO2), dan ini merupakan proses respirasi.
pemanasan yang dilakukan pada gelas kimia, dan penambahan larutan glukosa pada fermentasi ragi dilakukan sebab ragi akan bekerja bila ditambahkan dengan larutan glukosa dan dalam kondisi suhu yang hangat.
benedict biasanya digunakan untuk menunjukkan adanya gula pereduksi pada suatu larutan. pada percobaan ini, benedict bertujuan untuk menunjukkan adanya gugus aldehida dan keton. selain itu, benedict juga memberi indikator warna pada larutan.
Perbedaan kecepatan perubahan warna pada keempat tabung terjadi karena jumlah bakteri (Saccaromyces) yang melakukan respirasi berbeda-beda. Adanya perbedaan jumlah bakteri dikarenakan perbedaan perlakuan pada masing-masing tabung yaitu pada tabung A dan B, larutan gist atau ragi didihkan terlebih dahulu, sehingga memungkinkan kandungan organisme yang ada dalam larutan mati atau berkurang akibatnya didalam tabung tidak terdapat aktivitas respirasi yang mengakibatkan air yang ada didalam tabung menjadi keruh. Hal inilah yang menyebabkan tabung A dan B mengalami perlambatan dalam perubahan warna. Sedangkan pada tabung C dan D larutan gist/ragi tidak dipanaskan sehingga warnanya cepat berubah karena organisme-organisme masih hidup dan melakukan respirasi, akibatnya larutan didalam tabung menjadi berwarna lebih jernih dibandingkan warna awal
Penjelasan:
endapan pada tabung A, B, C dan D merupakan perwujudan dari ragi, baik ragi yang di panaskan terlebih dahulu ataupun ragi yang tidak dipanaskan. aktivitas gelembung pada tabung reaksi C dan D merupakan reaksi dan perubahan gula (glukosa) menjadi karbondioksida (CO2), dan ini merupakan proses respirasi.
pemanasan yang dilakukan pada gelas kimia, dan penambahan larutan glukosa pada fermentasi ragi dilakukan sebab ragi akan bekerja bila ditambahkan dengan larutan glukosa dan dalam kondisi suhu yang hangat.
Suhu fermentasi
sangat menentukan macam mikroba
yang dominan selama fermentasi. Tiap-tiap mikroorganisme memiliki suhu
pertumbuhan yang maksimal, suhu pertumbuhan minimal, dan suhu optimal yaitu
suhu yang memberikan terbaik dan perbanyakan diri tercepat.
benedict biasanya digunakan untuk menunjukkan adanya gula pereduksi pada suatu larutan. pada percobaan ini, benedict bertujuan untuk menunjukkan adanya gugus aldehida dan keton. selain itu, benedict juga memberi indikator warna pada larutan.
Perbedaan kecepatan perubahan warna pada keempat tabung terjadi karena jumlah bakteri (Saccaromyces) yang melakukan respirasi berbeda-beda. Adanya perbedaan jumlah bakteri dikarenakan perbedaan perlakuan pada masing-masing tabung yaitu pada tabung A dan B, larutan gist atau ragi didihkan terlebih dahulu, sehingga memungkinkan kandungan organisme yang ada dalam larutan mati atau berkurang akibatnya didalam tabung tidak terdapat aktivitas respirasi yang mengakibatkan air yang ada didalam tabung menjadi keruh. Hal inilah yang menyebabkan tabung A dan B mengalami perlambatan dalam perubahan warna. Sedangkan pada tabung C dan D larutan gist/ragi tidak dipanaskan sehingga warnanya cepat berubah karena organisme-organisme masih hidup dan melakukan respirasi, akibatnya larutan didalam tabung menjadi berwarna lebih jernih dibandingkan warna awal
ragi atau fermentasi merupakan zat yang
menyebabkan fermentasi. Ragi biasanya mengandung mikroorganisme yang melakukan
fermentasi dan media biakan bagi mikroorganisme tersebut. Media biakan ini
dapat berbentuk butiran-butiran kecil
atau cairan nutrien.
Mikroorganisme
yang digunakan di dalam ragi umumnya terdiri atas berbagai bakteri dan fungi.
Fermentasi merupakan proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan
tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi
sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor
elektron eksternal. faktor-faktor yang mempengaruhi fermentasi:
·
Ketersediaan sumber-sumber karbon dan
nitrogen yang akan digunakan oleh mikroorganisme tersebut untuk tumbuh dan berkembang
biak
·
Ketersediaan zat gizi khusus yang merupakan
persyaratan karakteristik bagi mikroorganisme tertentu untuk tumbuh dengan baik
·
Nilai pH produk pangan
·
Suhu inkubasi
·
Kadar air
·
Ada/tidaknya kompetisi dengan mikroorganisme
lainnya
Untuk pertumbuhannya, yeast memerlukan
energi yang berasal dari karbon. Gula adalah substrat yang lebih disukai. Oleh
karenanya konsentrasi gula sangat mempengaruhi kuantitas alkohol yang
dihasilkan.
Mikroorganisme mempunyai temperature
maksimal, optimal, dan minimal untuk pertumbuhannya. Temperatur optimal untuk
yeast berkisarantara 25-30ºC dan temperature maksimal antara 35-47ºC. Beberapa
jenis yeast dapat hidup pada suhu 0ºC. Temperatur selama fermentasi perlu
mendapatkan perhatian, karena di samping temperature mempunyai efek yang
langsung terhadap pertumbuhan yeast juga mempengaruhi komposisi produk akhir.
Pada temperature yang terlalu tinggi akan menonaktifkan yeast. Pada temperature
yang terlalu rendah yeast akan menjadi tidak aktif.
A.
Kesimpulan
Jadi, dari percobaan dan pengamatan pada ragi diatas
dapat disimpulkan bahwa fermentasi ragi termasuk Fermentasi Anaerob Fakultatif.
Bakteri yang
dapat hidup tanpa kebutuhan oksigen
secara mutlak atau dapat hidup tanpa adanya
oksigen, bakteri itu disebut bakteri anaerob fakultatif.
Jadi fermentasi anaerob fakultatif adalah proses
fermentasi yang melibatkan bakteri anerob fakultatif. Organisme yang berperan yaitu
Respirasi sel merupakan suatu
proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa organik
menjadi CO2, H2O dan energi yang berlanggsung di dalam
mitokondria. Respirasi berdasarkan ketersedian oksigen terdapat dua jenis yaitu
respirasi aerob dan respirasi anaerob. Respirasi aerob dapat berlangsung
apabila ketersediaan oksigen cukup banyak sedangkan respirasi anaerob dapat
berlangsung tanpa adanya oksigen sehingga proses yang berlangsung cukup lama.
Sedangkan proses oksidasi merupakan proses peristiwa kehilangan elektron
atau kehilangan hydrogen yang terjadi pada saat respirasi berlangsung. jika
dilihat dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, proses respirasi secara
aerob terjadi pada tabung A dan C sedangkan yang melakukan proses respirasi
secara anaerob terdapat pada tabung B dan D. Proses yang terjadi pada setiap
tabung mengalami perubahan yang berbeda-beda karena di pengaruhi oleh beberapa
faktor seperti suhu, ketersediaan oksigen dan PH lingkungan.
B.
Daftar
Pustaka
https://notechaca.wixsite.com/firarizqyagfa/single-post/2016/10/15/LAPORAN-PRAKTIKUM-FERMENTASI-RAGI
A.
Lampiran
Jawaban Pertanyaan
1. Apakah yang dimaksud dengan
respirasi sel ?
Jawab :
Respirasi
adalah suatu proses pengambilan O2 untuk memecah
senyawa-senyawa organik menjadi CO2, H2O dan
energi. Namun demikian respirasi pada hakikatnya adalah reaksi redoks,
dimana substrat dioksidasi menjadi CO2 sedangkan O2 yang
diserap sebagai oksidator mengalami reduksi menjadi H2O. Yang
disebut substrat respirasi adalah setiap senyawa organik yang dioksidasikan
dalam respirasi, atau senyawa-senyawa yang terdapat dalam sel tumbuhan yang
secara relatif banyak jumlahnya dan biasanya direspirasikan menjadi CO2 dan
air. Sedangkan metabolit respirasi adalah intermediat-intermediat yang
terbentuk dalam reaksi-reaksi respirasi.
2. Apakah yang dimaksud dengan
oksidasi ?
Jawab :
Reaksi
Oksidasi dapat didefinisikan sebagai peristiwa kehilangan elektron atau
kehilangan hydrogen, sehingga disebut juga reaksi dehidrogenasi. Bila suatu
senyawa dioksidasi maka harus ada senyawa lain yang direduksi, yaitu akan
memperoleh elektron atau memperoleh hydrogen.(Sri Widya : 2000).
3. Apa sebabnya terjadi perbedaan
kecepatan perubahan warna antara tabung A, B dengan tabung C dan D ?
Jawab :
Perbedaan
kecepatan perubahan warna pada keempat tabung terjadi karena jumlah bakteri
(Saccaromyces) yang melakukan respirasi berbeda-beda. Adanya perbedaan jumlah
bakteri dikarenakan perbedaan perlakuan pada masing-masing tabung yaitu pada
tabung A dan B, larutan gist atau ragi didihkan terlebih dahulu, sehingga
memungkinkan kandungan organisme yang ada dalam larutan mati atau berkurang
akibatnya didalam tabung tidak terdapat aktivitas respirasi yang mengakibatkan
air yang ada didalam tabung menjadi keruh. Hal inilah yang menyebabkan tabung A
dan B mengalami perlambatan dalam perubahan warna. Sedangkan pada tabung C dan
D larutan gist/ragi tidak dipanaskan sehingga warnanya cepat berubah karena
organisme-organisme masih hidup dan melakukan respirasi, akibatnya larutan
didalam tabung menjadi berwarna lebih jernih dibandingkan warna awal
Komentar
Posting Komentar